persmakinday.com – Di era milenial kita berhadapan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Media sosial adalah salah satu produk teknologi yang hadir di era modern seperti sekarang.
Berperan sebagai kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, media sosial tercipta untuk saling terhubung dalam interaksi hanya melalui aplikasi yang ada di dalam gadget.
Facebook, Instagam, Twitter, WhatsApp, Line, dan lainnya adalah sebagian contoh nyata dari banyaknya aplikasi media sosial yang dikenal masyarakat umum. Berbagai fitur yang disajikan dalam media sosial memberikan ruang kebebasan untuk setiap individu menunjukkan eksistensinya di dunia maya. Melalui ponsel pintar masing-masing mereka dapat saling berinteraksi tanpa batasan waktu dan tempat.
Baca juga: 8 Daftar Kuliner Khas Kalimantan Selatan
Kemudahan yang ditawarkan serta kebebasan berekspresi menjadikan media sosial sebagai kebutuhan penting yang seakan harus dimiliki setiap orang. Kebebasan berekspresi itulah yang akan tersalurkan melalui berbagai fitur di media sosial. Melaluinya kita dapat bertukar pesan ke sesama pengguna, meng-update status terbaru, berbagi pengetahuan, hingga saling mengomentari postingan.
Pada dasarnya, kebebasan yang ada pada setiap orang telah memiliki batasan tertentu. Namun kadang kala kita melupakan aspek terpenting dalam bijaknya menggunakan media sosial. Jangan sampai dengan bersembunyi dibalik kebebasan berekspresi kita menjadi mudah curhat hingga berkomentar yang dapat menyinggung bahkan menyudutkan orang lain. Terdapat sangsi hukum yang berdasar pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2008 tentang Infomasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE).
Pasal 27 ayat 3 UU ITE, yaitu “setiap orang sengaja tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”
Maka, sebagai pengguna media sosial yang bijak kita harus mengetahui batasan tertentu dan juga etika penting dalam berkomentar yang baik. Fenomena yang sekarang sering ditemui ialah banyaknya orang yang harus berhadapan dengan hukum dikarenakan komentar mereka. Untuk menghindari hal tersebut ada baiknya kita mengetahui etika penting dalam berkomentar di media sosial, antara lain sebagai berikut.
Membaca postingan atau melihat video secara utuh
Sebagai pengguna media sosial yang bijak, kita wajib mengetahui jelas permasalahan yang terjadi. Sehingga sebelum memberikan komentar kita dapat memberikan isi yang bermutu. Jangan sampai salah pemahaman hingga akhirnya malah terlihat tidak nyambung dengan pokok permasalahan.
Baca juga: Hannah Arendt dan Martin Heidegger, Kisah Cinta Terlarang
Pertimbangkan dengan baik sebelum berkomentar
Terkadang kita akan merasa gatal jika melihat suatu postingan yang tidak sesuai dengan pendapat kita. Kemudian jari otomatis akan bergerak menuju kolom komentar untuk menuangkan pendapat kita sendiri. Tapi pikirkan dulu, kira-kira apa yang terjadi jika kita memberikan komentar demikian? apakah pendapat kita sendiri sudah benar? tentu belum. Jangan sampai komentar kita yang berlawanan berbalik menyerang diri sendiri.
Menggunakan bahasa yang sopan
Dimana pun kita berada bahkan di dunia maya sekali pun, penggunaan bahasa yang sopan setiap kali berujar adalah hal yang penting. Ucapan adalah bumerang bagi diri sendiri. Jika tidak setuju, sampaikan dengan bahasa yang sopan. Jika topik yang dibahas sensitif, tentunya akan memicu permasalahan baru. Hindari bahasa kotor yang mengandung caci maki.
Mengkritik dengan isi yang berbobot, bukan menjatuhkan
Sebuah postingan tidak hanya membutuhkan banyak like atau love. Apresiasi serta kritik juga sangat diperlukan untuk membangun konten agar menjadi lebih baik. Mengkritik bukan berarti mencari kekurangan untuk memojokkan konten tersebut. Barangkali berilah koreksi yang membangun dengan penilaian yang berbobot. Mencari kesalahan untuk menjatuhkan justru akan mempermalukan pembuat konten.
Tidak meninggalkan spam
Spam merupakan komentar tidak penting. Banyak orang menyebutnya sampah dengan isi yang hanya memuat satu kata berulang-ulang bahkan hanya huruf, hal ini tentu bersifat tidak menghargai si pembuat konten. Apalagi kalau isinya bukan hal yang bermakna dan di luar konten.
Oleh: Noor Hidayah dan Rizky Yuniar