LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

Alumni SF Kampanyekan Peringati 16 HAKTP

Peringati 16 HAKTP

Persmakinday– Kampanye 16 HAKTP (16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan/16 Days of Activism Against Gender Violence) diselenggarakan sebagai upaya dan dorongan untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan termasuk kekerasan seksual. Kampanye ini, pertama kali digagas oleh Women’s Global Leadership Institute pada 1991 tepatnya di tanggal 25 November hingga 10 Desember yang merupakan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional.

Untuk memperingati hari tersebut, Alumni Sekolah Feminis 2021 dan 2022 yang dinaungi oleh Perempuan Mahardhika melakukan aksi simbolik berupa orasi di Siring Menara Pandang Banjarmasin pada Minggu 27 November 2022 dari jam 08:00 hingga 10:00, berlanjut dengan pawai susur sungai menggunakan kelotok hingga Kampung Hijau Banjarmasin dan kembali ke Siring 0 KM Banjarmasin.

Berlangsung dari titik kumpul patung bekantan, menuju Siring Menara Pandang untuk orasi dengan menyampaikan opini, motivasi membangun, menyadarkan keluh kesah dari perempuan, hingga menyampaikan puisi dan pidato lainnya mengenai perempuan dalam sistem negara. Runtutan agenda aksi simbolik ini berlangsung kondusif dengan pengawasan dari Polda Banjarmasin dan diterima oleh masyarakat yang sedang menikmati minggu pagi di Siring.

Aksi Kolaborasi menuju Satu Capaian

Tidak hanya aksi dari internal Perempuan Mahardhika, Alumsi Sekolah Feminis juga mengajak organisasi dan komunitas lain untuk meramaikan aksi guna mencapai kesadaran audiens yang lebih banyak jumlahnya. Adapun kolaborasi ini diikuti oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN, Badan Eksekutif Mahasiswa ULM, Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Kalimantan Selatan, Kelompok Studi Islam, GMNI, Solidaritas Aksi Kamisan Kalimantan Selatan serta publikasi melalui LPM Kinday dan LPM Intr-O.

Selain untuk memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan mengangkat isu secara general. Aksi ini juga mengangkat isu lokal yang terjadi di Banjarmasin. Mulai dari, mengedukasi untuk seluruh kalangan masyarakat termasuk yang berpotensi untuk menjadi pelaku guna meminimalisir agar tidak melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan. Membersamai korban kekerasan seksual untuk berani bicara dan melawan pelaku kekerasan, mengedukasi di lingkungan kampus guna meminimalisir terjadinya kekerasan seksual bagi mahasiswa maupun civitas akademika lainnya, dan memberikan kesadaran mengenai sistem negara penyebab kemiskinan dan krisis baik krisis moral, edukasi, ekonomi, dan lingkungan.

Kemudian, memberikan kesadaran mengenai situasi yang terjadi menyebabkan perempuan menanggung beban lebih berat dengan konteks menjadi tulang punggung keluarga, tenaga kerja atau buruh, tenaga pendidik selain ibu rumah tangga yang sudah seperti sebuah kewajiban. Hingga memotivasi dan menguatkan perempuan agar bisa lebih berdaya, mempertahankan dan membangkitkan berbagai sektor termasuk pendidikan, lingkungan, dan ekonomi.

Penulis : Shoffiya

Editor : IYD