Namaku Sheryl Farida, sekarang aku berada di kelas 11 SMA 2 Harapan. Beberapa tahun yang lalu aku sangat membenci yang namanya cinta dan laki-laki. Entah kenapa semenjak masuk SMA, aku mulai menyukai laki-laki dan merasakan cinta.
Aku menyukai kakak kelasku, lebih tepatnya dia seorang ketua osis dan murid beprestasi di SMA 2 Harapan. Seluruh siswa di SMA 2 Harapan pasti mengenalnya, siapa lagi kalau bukan Arka Wijaya seorang laki-laki yang baik, pintar, kalem, ganteng, dan tentunya menjadi kebanggaan guru-guru. Awal aku menyukai Arka, saat ia menolongku ketika aku terjatuh dari tangga sekolah, kami pun berkenalan dan akhirnya berteman. Meski awalnya biasa aja tapi lama kelamaan rasa itu mulai tumbuh di hati ku.
Aku punya teman bernama Kanaya, ia teman dari TK hingga sekarang dan kami berteman sangat akrab hingga menjadi sahabat. Aku dan Kanaya ke manapun selalu berdua seperti ke kantin, ke perpustakaan, ke Musala, Pulang bareng, makan bareng, dan sebagainya. Serta, kami selalu curhat bersama tentang berbagai hal kecuali tentang cinta dan laki-laki.
Suatu hari, teman aku bilang kalau Kanaya menyukai Arka dan Arka pun juga menyukai Kanaya. Aku pun syok mendengarnya, aku merasakan kekecewaan, sedih, cemburu. Tetapi aku masih menyembunyikan perasaan aku itu di depan Kanaya.
Semakin hari rasa yang terpendam ini ingin aku mengungkapkannya, akhirnya aku berani untuk curhat ke Kanaya tentang perasaanku ke Arka.
Teng teng teng, bunyi bel sekolah, waktu istirahat tiba.
Saat itu aku langsung menghampiri Kanaya untuk mulai curhat tentang perasaanku.
“Nay, aku mau curhat nih, tapi kamu lagi sibuk ya?” tanyaku pada Kanaya.
“Aku lagi ga sibuk nih, mau ngomong apa Sher?” ucap Kanaya.
“Jujur, sebernarnya aku mau ngomong ini sudah lama, tapi aku takut kamu marah sama aku,” ujarku
“Aku enggak akan marah Sher, ayo cerita sama aku,” ucap Kanaya.
“Sebenarnya aku suka sama Arka sejak lama, dan aku sedih tau kamu juga suka sama Arka,” ucapku lirih.
“OMG! Aku enggak tau Sher kalau kamu suka sama Arka, aku sudah buat kamu sedih, aku minta maaf ya Sher bukan maksudku mengecewakan kamu,” kata Kanaya.
“Ya udah Nay, Ngga apa-apa kok suka sama seseorangkan hal yang wajar. Meski begitu kita tetap bersahabat ya Nay,” ucapku.
“Itu pasti Sher, kita selalu sahabatan sampai kapanpun,” balas Kanaya.
Semakin lama perasaan itu semakin besar dan Arka tidak bisa hilang dari ingatanku. Aku memang tidak berani untuk mengungkapkan perasaanku ini ke Arka, tetapi di dalam doa selalu ku sebut namanya di setiap Shalatku. Meskipun aku tau Arka menyukai wanita lain yaitu sahabat ku sendiri tetapi aku tetap bersabar dan tidak bisa melupakannya.
Pada Suatu hari, aku main ke rumah Kanaya dan masuk ke kamarnya, tidak sengaja aku melihat buku dairynya aku buka dan aku baca. Setelah aku baca, aku merasa bersalah dan kecewa ternyata Kanaya telah lama mememdam rasa ke Arka sejak kelas 10. Tanpa aku duga Arka sering memberi hadiah untuk Kanaya aku pun syok dan menahan air mata.
Keesokkan harinya saat istirahat aku melihat Arka dan Kanaya tengah ngobrol. Mereka sepertinya tengah ngobrol lebih serius daripada biasannya, aku tidak sengaja menderangar obrolan mereka.
“Kanaya, aku mau ngomong nih.” ucap Arka sambil memandang Kanaya.
“Mau ngomong apa Ar? Sepertinya serius banget,” tanya Kanaya penasaran.
“Sebenarnya, aku sudah lama ingin mengungkapkan perasaan ku ke kamu tapi aku tidak memiliki keberanian. Tapi sekarang aku memberanikan diri untuk ngomong sama kamu. Nay, aku cinta sama kamu, kamu mau nggak jadi kekasih aku?” ungkap Arka penuh keseriusan.
Aku melihat Kanaya kanget dan tidak menyangka Arka mengungapkan perasaanya, Kanaya terlihat bingung dan gelisah. Tanpa aku duga ternyata jawaban Kanaya lebih mementingkan pertemanan di bandingkan cinta.
“Maaf sebelumnya Ar aku ngga bisa, karena sahabat aku yaitu Sheryl juga mempunyai perasaan sama kamu. Aku nggak mau persahabatan aku sama Sheryl hancur karena laki-laki dan cinta. Meski aku ada perasaan sama kamu, tapi aku lebih memprioritaskan persahabat dan perasaannya,” jawab Kanaya menolak perasaan Arka secara halus.
“Kamu memang sahabat yang baik Nay, kamu lebih mentingkan perasaan sahabat kamu di bandingkan perasaan kamu sendiri, aku bangga sama kamu,” ucap Arka dengan senyum lembut.
“Kita memang tidak bisa menjadi sepasang kekasih, tapi kita bisa jadi teman dan aku tetap menghormati kamu sebagai kakak kelas ku yang sangat peduli juga baik,” ujar Kanaya.
“Iya Nay, kalo begitu aku mau ke kelas dulu ya.” Arka beranjak dan melangkah meninggalkan Kanaya.
“Silahkan Ar,” balas Kanaya sambil tersenyum.
Saat aku mendengar jawaban Kanaya aku merasa terharu dan bangga punya sahabat seperti Kanaya, meski ia mencintai laki-laki yang sama denganku tetapi ia lebih mementingkan persahabatan dan perasaanku. Kanaya tidak ingin melukai dan membuatku sakit hati. Kanaya mengalihkan pandangannya dan melihat aku diantara semak-semak, Kanaya pun memanggil ku.
“Sheryl!” panggil Kanaya dengan lantang.
Aku langsung menghampiri dan memeluknya. “Nay, kamu serius nolak Arka dan lebih mementingkan aku sebagai sahabat kamu, dibandingkan perasaan kamu sendiri?” tanyaku dengan tetesan air mata.
“Aku serius Sher, kamu itu segalanya. Kita bersahabat dan kenal sudah lama bahkan sebelum aku kenal Arka, aku nggak mau pertemanan yang kita bangun selama ini hancur karena laki-laki. Lebih baik aku kehilangan laki-laki yang aku suka daripada aku kehilangan sahabat sebaik dan seperhatian seperti kamu Sher,” ujar Kanaya.
Aku memeluk Kanaya dengan penuh perasaan terharu dan bangga punya sahabat seperti Kanaya. Pada saat itu, kami berdua tetap bersahabat meskipun kami berdua menyukai laki-laki yang sama, tetapi aku dan Kanaya berkomitmen persahabatan yang sudah dibangun selama ini tidak boleh hancur karena cinta dan laki-laki. Aku mau memberi amanat, utamakanlah persahabatan daripada cinta dan laki-laki, karena temen dekat itulah yang selalu hadir di saat susah, sedih, senang, dan membutuhkan pertolongan. Tapi, kalau laki-laki belum tentu ada di saat membutuhkan bantuan, dalam keadaan susah mungkin cuma hadir disaat senangnya aja dan di saat susah ditinggalkan tanpa rasa bersalah.
Penulis: Asti Jannati Intan Parisia