LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

Lan Fang; Penulis dari Bumi Antasari yang Tak Dikenal


Oleh Eka Puspa Sari.

 Bagi pencinta sastra di Surabaya mungkin tak asing dengan nama ini, Mei Lan Fang. Ia dikenal aktif mengajarkan penulisan kreatif di sekolah-sekolah di Surabaya. Karya-karyanya pun terkenal dan menyabet banyak penghargaan. Bagi kalian yang pernah membaca novelnya yang berjudul Perempuan Kembang Jepun (2006) dengan cover merah jambu dan gambar geisha itu adalah salah satu karya mutakhirnya. Tapi apa kalian tahu sebenarnya ia adalah penulis berdarah Banjar, Kalimantan Selatan?

 Pers mahasiswa khususnya Kalimantan Selatan wajib mengetahui ini. Lan Fang adalah perempuan keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Banjarmasin pada 5 Maret 1970. Ia anak sulung dari dua bersaudara. Ayah dan bundanya adalah orang-orang tionghoa berdarah
suku dayak Banjar. Lan Fang menyelesaikan studinya hingga jenjang SMA di Banjarmasin dan melanjutkan studi S1-nya di Fakultas Hukum Universitas Surabaya. Selama menjadi mahasiswa Lan Fang aktif mengajarkan penulisan kreatif di sekolah-sekolah di Surabaya. Walau menyandang status sebagai seorang mahasiswa hukum, tapi Lan Fang menemukan passion-nya di sastra khususnya prosa-prosa modern.

Karena kecintaannya terhadap sastra banyak hasil karyanya yang dipublikasikan di media-media cetak terkenal seperti cerpen Ciuman Dibawah Hujan (2009) yang diterbitkan di Koran Tempo dan kembali diterbitkan sebagai novel dengan judul yang sama pada 2010 oleh PT. Gramedia Pustaka Utama. Lan Fang menjadi salah satu nominasi Khatulistiwa Award untuk novelnya yang berjudul Lelakon pada 2008 dan pernah mendapatkan penghargaan 20 cerpen terbaik versi Anugerah Sastra Pena Kencana pada 2008 dan 2009. Karya-karya lainnya yang terkenal dalam bentuk novel adalah Reinkarnasi (2003), Pai Yin (2004), Kembang Gunung Purei (2005), Laki-laki yang Salah (2006), Yang Liu (2006), Perempuan Kembang Jepun (2006), Kota Tanpa Kelamin (2007), dan Lelakon (2007).

  Yang sangat disayangkan adalah pers mahasiswa Kalimantan Selatan tidak mengenal sosok Lan Fang. Mungkin karena ia jarang berkarya setelah 2010 karena sakit dan meninggal di RS Mount Elizabeth, Singapura pada 25 Desember 2011 lalu. Padahal jika sejatinya pers mahasiswa rakus akan tulisan maka sangat jarang tidak mengenal Lan Fang. Khususnya para cerpenis dan novelis yang tergabung dalam pers mahasiswa Kalimantan Selatan.

 Oleh karena itu, sebagai seorang pers mahasiswa yang rakus akan tulisan wajib mengetahui dan belajar sejarah penulis-penulis terkenal yang tak dikenal seperti Lan Fang. Walau karya-karya Lan Fang didominasi oleh historial tionghoa tapi jika kalian memiliki salah satu karyanya coba cermati teknik menulis Lan Fang dan gaya bahasa yang ia gunakan, over all tidak membosankan dan muluk-muluk tentang cinta dan persahabatan seperti cerpen-cerpen dan novel-novel modern saat ini. Kita tidak harus terkungkung dengan sosok Pramudya Ananta Toer atau Soe Hok Gie saja walau sejak awal bergabung dan mendedikasikan diri sebagai seorang pers mahasiswa dikenalkan dengan dua sosok bersejarah ini.