Oleh Nia Novita Putri
Bencana kabut asap yang melanda Indonesia semakin parah. Luas lahan yang terbakar semakin luas dan asap pun semakin tebal. Kabut asap, istilah adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke and fog), adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Di bawah keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara bisa menutupi suatu kawasan dalam waktu yang lama.
Entah kenapa selalu terjadi bencana kabut asap akibat pembakaran lahan tiap tahunnya di negara Indonesia ini, termasuk yang sudah terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan belakangan ini di wilayah Sumatera dan juga mempengaruhi wilayah Kalimantan.
Berdasarkan gambar satelit, Greenpeace mengklaim telah menemukan titik-titik api pada tanah yang dimiliki oleh 36 perusahaan kertas dan kelapa sawit. Banyak di antara mereka adalah anak perusahaan Malaysia dan Singapura. Walaupun demikian, sulit membuktikan bahwa pihak-pihak tertentu adalah yang memulai pembakaran.
Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun dalam kondisi sakit. Pada kondisi kesehatan tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gannguan kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak.
Penyebab dari kabut asap diantaranya adalah musim kemarau yang panjang sehingga mendorong terjadinya kebakaran hutan dan lahan, tidak optimalnya pengawasan dari aparat, kurang cepat dan efektifnya pamadaman api. Terkadang yang jadi soal adalah biaya dan kesungguhan, modal yang besar dibutuhkan untuk membuat satu kali hujan buatan atau bom air, sikap lamban dan tidak respect karena merasa bahwa musibah asap itu sudah menjadi musim yang biasa muncul setiap tahun. Jadi dianggap biasa saja, bukan menjadi sesuatu hal yang harus diselesaikan secara cepat.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama berbagi tips untuk melindungi dari dari resiko kabut asap seperti menghindari atau kurangi aktivitas di luar rumah/gedung. Terutama bagi yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan, menggunakan masker, minum air putih lebih banyak dan lebih sering, upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah/sekolah/kantor dan ruang tertutup lainnya, penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik dan buah-buahan dan sayuran dicuci sebelum dikonsumsi.
Yang jelas permasalahan yang berulang-ulang ini harus dicari jalan keluarnya. Kasihan rakyat di beberapa wilayah Sumatera yang terkena dampak seperti Sumatera Selatan, Jambi, Riau, dan sebagainya, dan juga beberapa daerah Kalimantan. Apa asapnya harus dikirim dulu ke Jawa dan ibukota Jakarta supaya terusik hidung hidung pemerintah dan para wakil rakyat di pusat agar baru mereka serius bertindak ?
Semoga pemerintah bisa lebih profesional dan lebih peduli dengan semua masyarakatnya. Dan secara khusus masalah kabut asap ini bisa dicari pemecahannya agar tak terulang lagi tiap tahunnya agar jangan sampai kita-kita rakyat biasa ini mengira pemerintah tak mampu atau tak kuasa atau malah membiarkan masalah kabut asap ini.