LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

Menginginkan Tercapainya Pola Pangan Harapan

Mahasiswa FKIP Pendidikan Ekonomi, Anggota UKMM Unlam
Sebelum kita membahas tentang ketahanan pangan. Sebaiknya kita simak dulu beberapa info di bawah ini tentang ketahanan pangan di Indonesia. 
Jakarta (ANTARA) – Amerika Serikat akan meluncurkan program “Agribusiness Market and Support Activity”, (AMARTA II) senilai 15 juta dolar AS untuk mendukung ketahanan pangan dan agrobisnis di Indonesia pada awal Maret yang telah lalu. 
 “Saat Presiden Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu pada bulan November lalu, mereka sepakat untuk melakukan kerja sama terkait bidang ketahanan pangan dan peningkatan produksi pertanian,” kata Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, di Jakarta. 
Dari info di atas, dapat kita ketahui bahwa ketahanan pangan di Indonesia sangat menggiurkan, dalam artian tidak ada permasalahan. Tapi apakah akan sama dengan kenyataannya? Apakah benar dengan adanya kerjasama antara Presiden kita dengan Presiden Barack Obama benar-benar membuat ketahanan pangan kita di Indonesia ini menjadi lebih terjamin. Terlebih lagi dengan kehidupan para petaninya yang memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan yang notabene status mereka adalah produsen pangan dan sekaligus sebagai kelompok konsumen terbesar. Apakah kehidupan mereka juga telah terjamin? Heeeem… ternyata tidak demikian kenyataannya. Para petani yang menunjang kesejahteraan pangan untuk kehidupan Indonesia malah yang musti ditingkatkan kesejahteraan hidupnya. 
 Lalu bagaimanakah dengan keadaan di Kalimantan Selatan sendiri khususnya di Banjarmasin? Kepala Badan Ketahanan Pangan Kalsel, Hardy L Mantir mengatakan bahwa ketahanan pangan di Banjarmasin, BARITO (Kal-Sel) ini masuk dalam 10 besar terbaik dari 33 provinsi di Indonesia dan hal inilah yang menjadi salah satu alasan Pemerintah Pusat memberikan dua penghargaan sekaligus di bidang pangan ini kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel yakni penghargaan untuk ketahanan pangan dan peningkatan produktivitas beras nasional. 
Wah, waaaah,,,kita kudu bangga nih tinggal di daerah seperti Kalimantan ini,,,Sepintas dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Perlu kita ingat bahwa ketahanan pangan itu sama dengan ketahanan nasional. INGAT!!! negara kita negara kepulauan yang merupakan distribusi bahan pangan. Dengan demikian, Kalsel memegang peranan penting karena tidak semua daerah mampu menghasilkan bahan pangan itu sendiri. 
 Tetapi mengapa informasi terbaru yang didapatkan mengatakan kalau ketahanan pangan kita ini sedang terancam. Hal ini diakibatkan oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit yang telah masuk ke lahan rawa yang tentunya hal tersebut tak sejalan dengan misi pemerintah menetapkan rawa sebagai lumbung pangan baru menggantikan lahan persawahan. Manajer Kampanye Walhi Kalsel, Dwitho Frasetiandy mengungkapkan bahwa tindakan pemerintah, dalam hal ini Pemprov Kalsel dan pemerintah kabupaten dinilai sebagai upaya kontradiktif dalam hal ketahanan pangan. Di satu sisi, Kalsel yang menjadi tuan rumah Pekan Rawa Nasional I tahun 2011 lalu diproyeksikan menjadi lumbung pangan nasional. Disisi lain, justru rawa digunakan sebagai lahan pengembangan perkebunan kelapa sawit. 
 Lahan rawa mendominasi sebagian wilayah Kalsel juga berperan dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk menjamin ketahanan pangan dan kalau ini diganggu, khawatirnya pangan Kalsel akan terancam, masyarakat yang akan jadi korban. Dan ini sekadar diketahui saja, data Dinas Perkebunan Provinsi Kalsel menyebutkan sudah 65 persen dari lahan rawa yang dicadangkan untuk perkebunan kelapa sawit saat ini sudah digarap. Lahan yang dikembangkan tersebar di beberapa daerah seperti Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Utara. 
Nah, kalau sudah begini jadinya terus gimana, dong? Sebenarnya menciptakan ketahanan pangan di daerah kita ini ternyata tidak susah-susah banget. Salah satu hal caranya dapat diciptakan dalam sebuah lembaga yang bernama keluarga lewat optimalisasi pekarangan rumah. 
Kita dapat mengambil contoh kecil seperti peran ibu rumah tangga dalam mengoptimalisasikan pekarangan rumah dengan menanam sayuran organik, berarti turut serta dalam menciptakan ketahanan pangan keluarga. Selain itu, para ibu rumah tangga juga diharapkan kedepannnya mampu mengembangkan budidaya tanaman obat seperti yang dilakukan orang-orang di zaman dahulu. 
Berbicara mengenai peran para ibu-ibu rumah tangga. Peran anggota PKK sekaligus sebagai ibu rumah tangga juga dituntut mampu mengatasi masalah ketahanan pangan ini karena kondisi keluarga menjadi barometer kesejahteraan masyarakat dan dalam kegiatan ini terbukti dapat membantu perekenomian keluarga. Seperti di Jawa Timur contohnya, dimana rata-rata ibu rumah tangga berhasil menghemat pengeluaran suami masing-masing berkisar Rp200 ribu – Rp400 ribu per bulan. 
Dari fakta di atas, seharusnya kita sebagai masyarakat juga harus ikut mengoptimalisasikan ketahanan pangan tersebut. Selain itu kita juga harusnya mengajak kepekaan para Bupati dan Walikota kita sendiri untuk bisa membangun ketahanan pangan berbasis rumah tangga ini. Mengingat basis ketahanan pangan merupakan tanggungjawab pemerintah daerah, sehingga tahun ini Kabupaten/kota kita ini dapat menjadi model percontohan untuk pencapaian target ketahanan pangan sebagaimana target pemerintah sendiri yang menginginkan tercapainya pola pangan harapan. Dengan begitu kedepannya Indonesia khususnya Kalimantan ini tak lagi hanya sekadar berbasis pangan karbohidrat semata. 
Dari uraian di atas, disatu sisi, ketahanan pangan kita sekarang telah luar biasa karena secara tak sengaja dapat masuk dalam ajang kompetisi Indonesia, akan tetapi dilihat dari sisi lain, gejolak perkembangan Kalsel dalam ranah perekonomian, malah sekarang dalam hal perkebunannya bisa merusak ekspansi perkembangan yang telah terbangun. 
Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa yang katanya peduli dengan nasib bangsa, khusunya provinsi Kalimantan Selatan ini mustinya menunjukkan aksi nyata untuk memperbaiki sistem ketahanan pangannya. Jangan hanya memprotes tanpa memberikan solusi konkrit. Tapi realisasikanlah dengan baik. Dimulai dari diri kita sendiri, keluarga, barulah ke masyarakat.