LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

DISKUSI FILM SAMIN VS SEMEN : BERCERMIN DARI EKSPLOITASI ALAM DI TANAH JAWA

Jum’at malam, (22/5) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Kinday Unlam mengadakan acara diskusi film berjudul “Samin Vs Semen” dengan tema “Mempertahankan Ajaran Melawan Pembaharuan”di Student Bisnis Center(SBC) Unlam pukul 19.30 WITA sampai selesai. Diskusi ini dihadiri Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan perwakilan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta para aktivis dalam dan luar kampus Unlam.

Film ini bercerita tentang perjuangan Kaum Samin yang berusaha mempertahankan tanahnya melawan  perusahaan Semen Gresik yang difilmkan dari sudut pandang kaum Samin.
Disutradarai oleh Dandy Dwi Laksono, dan dipublikasikan melalui Youtubepada tanggal 3 Maret 2015 dengan tiga latar tempat, yaitu Pati dan Rembang yang berada di Jawa Tengah serta Tuban di Jawa Timur.


Acara ini terdiri dari sesi pembukaan, sesi pemutaran film, sesi diskusi, dan sesi penutupan. Diskusi film kali ini tampak begitu menarik, pasalnya pada sesi diskusi para peserta terlihat sangat antusias menyampaikan pendapat mereka terhadap eksploitasi alam yang ada dibumi Jawa dan membandingkannya dengan tanah Kalimantan yang tidak jauh berbeda.

 Salah seorang peserta dari Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Unlam, Hida Munirah menyatakan bahwa sebenarnya di Kalsel pun memiliki kasus serupa dalam bentuk eksploitasi alam di Kalimantan Selatan terutama dalam pertambangan batu bara. Ia memberikan contoh pertambangan di daerah Tanjung yang menimbulkan lubang-lubang besar dan akan berpengaruh menimbulkan masalah ke daerah sekitarnya seperti  Amuntai dan Barabai.

 “Apabila lubang-lubang itu semakin membesar maka akan menimbulkan banjir,” jelas  Hida. Oleh karena itu, menurutnya para mahasiswa terutama di Kalimantan Selatan harus berpikir dan berupaya  agar batu bara tidak dieksploitasi secara massif serta tidak dikuras untuk orang-orang yang punya kepentingan tertentu, namun untuk kemakmuran rakyat.

Peserta diskusi lain Bahrianor,  berpendapat bahwa perusahaan semen di Jawa punya dampak positif dan negatifnya. Positifnya ialah adanya bangunan, bantuan berupa beasiswa, dan sebagainya. Sedang negatifnya dalah pencemaran terhadap air dan tanah, serta merusak lingkungan.

Menurut Budi Kurniawan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), kasus-kasus seperti ini bukanlah hal baru. Di Kalimantan sendiri banyak kasus serupa. Contohnya di daerah Hulu Sungai Tengah terutama pegunungan Meratus. Menurutnya Hulu Sungai Tengah ibarat atap bagi Kalimantan Selatan, oleh karena itu harus dipertahankan sebisa mungkin.

“Peristiwa-peristiwa itu tidak jauh berbeda dengan apa yang saat ini dialami. Bahkan seringkali begitu dekat dengan kita. Kerusakan ada di depan mata kita. Percayalah bahwa di sekitar kita tidak baik-baik saja.” Ujar Budi.

Pada akhir acara, moderator menyimpulkan inti dari diskusi Film ini adalah bagaimana cara kita membuat hati tergerak untuk memperjuangkan tanah kita sendiri, becermin dari perjuangan orang-orang Rembang. Karena dari tanah lah kita hidup dan kembali kesana. (SNd)