LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

Tak ada lagi KRS warna warni

Kartu rencana studi merupakan sebuah keterangan yang ditulis oleh mahasiswa berisikan tentang mata kuliah yang akan diambil dalam satu semester. Kartu rencana studi akan diperoleh ketika mahasiswa telah selesai melakukan registrasi. Mahasiswa Unlam baik itu yang berada di Banjarmasin maupun
Banjarbaru akan mengantri mengambilnya di loket rektorat. Pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016 kali ini, mahasiswa tidak perlu lagi ngantri di loket rektorat untuk mengambil KRS fisik. Mahasiswa yang sudah melakukan registrasi bisa langsung melakukan pengaktivasiaan di BAAK fakultas masing-masing yang kemudian dengan mudahnya melakukan pengisian KRS secara online dan tidak perlu capek-capek menulis secara manual untuk dikonsultasikan dengan dosen pembimbing masing-masing.
Kartu rencana studi (KRS) fisik yang ditiadakan lagi penggunaannya diterapkan pada semua fakultas yang ada di Unlam. Baik itu yang berada di Banjarmasin maupun Banjarbaru, digantikan dengan penerapan KRS online. Hal ini dilakukan karena dirasa lebih efektif dibandingkan dengan KRS fisik. Pengumpulan data-data mahasiswa Unlam lebih mudah diproses untuk berbagai macam keperluan.
“KRS online dirasa lebih efektif dibanding dengan KRS fisik dan untuk menertibkan data”. Ungkap  Charuddin, SE, S.Kom,M.Pd yang menangani bidang akademik masalah KRS fisik (17/9).
Bagi pihak rektorat sendiri KRS fisik menyusahkan karena keterlambatan pengumpulan data padahal setiap bulannya akan dilaporkan kepada pihak Dikti. Pertimbangan lain yang menyebabkan ketiadaan KRS fisik, karena ada sebagian olah mahasiswa yang terlambat menyerahkan KRS fisik dengan berbagai macam alasan, seperti sakit. Alasan lainnya adalah data mahasiswa yang tidak terdaftar pada mata kuliah tertentu, namun mengikuti mata kuliah tersebut tanpa sepengetahuan dosen. Dibandingkan dengan KRS online, jika mahasiswa  yang  ingin mengikuti mata kuliah tertentu ataupun menggantinya harus melapor pada dosen pembimbing bersangkutan untuk dilakukannya revisi.
Keberadaan kartu rencana studi (KRS) fisik selama ini beberapa tahun tidak berpengaruh terutama di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Hanya KRS yang di isi secara online kemudian di print dan diserahkan kepada pihak BAAK. Malah keberadaannya membuat mahasiswa untuk repot menulisnya untuk dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Hal ini karena sebagian dosen tidak mau menerima dan menandatangani KRS yang diisi oleh mahasiswa yang ditulis  tidak rapi. Padahal KRS tersebut tidak dikumpulkan kemana-kemana lagi. Seperti yang dituturkan mahasiswi FKIP Nurkhalifah, dengan ditiadakannya KRS fisik tidak ada memberikan pengaruh pada proses konsultasinya,
Penerapan KRS online telah berjalan tahun-tahun sebelumnya namun hanya berjalan separuh. Pada Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan penerapan ini sudah berjalan lancar karena di fakultas tersebut sudah memiliki server tersendiri berbeda dengan fakultas-fakultas lain yang tergabungkan dengan Rektorat. Padahal hal tersebut harusnya di FKIP juga bergabung dengan pihak rektorat untuk kemudahan pengumpulan data. Penerapan KRS online ini tidak berjalankan mulus sesuai dengan harapan seperti halnya terjadi di fakultas ilmu sosial dan politik (FISIP) yang kadang-kadang mengalami gangguan. Seperti diungkapkan mahasiswa FISIP,
“Masalahnya di FISIP ngisi KRS online kadang gangguan karena server induk unlam overload.”.
Karena tahun ini baru diterapkan secara keseluruhan di tiap fakultas Unlam menurut Chairudin dari bagian akademik Unlammenanggapi hal tersebut akan diadakan evaluasi.
“Nanti kami akan mengadakan evaluasi, dimana kurangnya, apa yang diperbaiki mungkin dengan adanya gangguan sistem bisa diubah dengan cara pembagian server”, katanya. (Rb)