Jum’at (25/11) LPM Kinday Universitas Lambung Mangkurat undang para Ormawa dan masyarakat umum untuk diskusi film “Jakarta Unfair” karya Watchdoc Documentary di SBC Universitas Lambung Mangkurat pukul 19.30 WITA- Selesai.
Film ini mengisahkan penggusuran pemukiman warga teluk akibat pelaksanaan proyek reklamasi dan normalisasi sungai oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Akibatnya, masyarakat yang tergusur mengalami banyak sekali masalah baru walau pun telah disediakan rusunawa.
Marfuah, pemimpin umum LPM Kinday mengatakan, panitia memilih film Jakarta Unfair untuk didiskusikan karena isi film ini sangat menarik untuk menumbuhkan kesadaran bagi warga negara Indonesia. Masyarakat dan para stake holder kota Banjarmasin secara khusus dapat berkaca dari kejadian di Jakarta sehingga tidak menimpa Banjarmasin.
Marfuah harap dengan diadakan diskusi film ini supaya mahasiswa peduli dengan lingkungan sekitarnya terutama lingkungan kampus.
Selain ormawa, diskusi ini juga dihadiri oleh Didi Gunawan, Sekretaris Aji Persiapan Banjarmasin sekaligus penggagas Project Kota-kota, dan Subhan Syarif, Arsitektur dan pengamat pembangunan kota Banjarmasin secara khusus diundang sebagai narasumber.
Subhan Syarief menerangkan, bahwa ada tiga penggerak utama yang menentukan arah pembangunan kota, mereka adalah birokrat, investor, dan intelektual. Di tangan merekalah, nasib kota akan menuju ke mana. Apakah pembangunan kota diperuntukkan 80% masyarakat atau 20 % masyarakat. Menurut beliau, tentu saja kota idealnya harus dibangun untuk 80% masyarakat kota.
Beliau menambahkan akan lebih baik ke depannya bila LPM Kinday mengundang bapak Wakil Walikota Banjarmasin agar acara tersebut dapat berkembang dan mendapatkan tanggapan dengan baik.
Muhammad Kusaini, selaku Ketua Pelaksana diskusi film inimengatakan film ini bisa dijadikan referensi untuk menggambarkan kota Banjarmasin di mana sekarang sudah hilang kebudayaannya karena sistem pembangunannya yang sudah moderenisasi tanpa memikirkan kebudayaan asli masyarakat Banjar.
“Khususnya kita di kota Banjarmasin bisa membenahi sistem pembangunan kota tanpa ada pihak yang dirugikan dan pembangunan antar infrastruktur kota dan budanyanya bisa seimbang” harap Kusai. (Siti Aminah, Ikke Nurjanah, Amelia Wardani)