Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD MHTI Kalimantan Selatan menyelenggarakan Kelas Politik Aktivis yang bertema “Khilafah Visi Pergerakan Mahasiswa Bela Rakyat”, Sabtu (25/3) di Jl Sultan Adam Komp. Andhika, Banjarmasin.
Munajah Ulya, SH, MH. selaku pemateri memaparkan bahwa tugas kita sebagai seorang MHTI adalah membawakan Islam secara kaffah dan menunjukkan etika Islam, tentu saja dengan penyampaian Islam secara apa adanya, beliau juga menambahkan ada dua yang harus kita tunjukan, yaitu (1) Kita tunjukan kufurnya demokrasi, (2) Kita balik ummat dengan appriori dan memperjuangkan Islam.
“Kita harus menjalankan segala sesuatunya sesuai dengan syariat Islam, kita tidak bisa mengenal Islam hanya sebagian, kalau Islam itu hanya dikenali sepenggal-sepenggal maka itu diumpamakan seperti mayat yang dimutilasi,” tutur Munajah Ulya.
Beliau juga menambahkan, apa yang harus dilakukan setelah acara ini, yaitu ngaji. Maksudnya di sini kita mengkaji Islam dalam konteks pembinaan. Inilah yang kami lakukan dalam Hizbut Tahrir, menjadikan Islam terintegrasi dan insya Allah akan memudahkan ibadah kita.
Siti Hidayanti, salah satu peserta dari Akademi Farmasi Banjarmasin mengatakan bahwa acaranya sudah cukup bagus dan mampu menambah pengetahuan serta menambah pengalaman, yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Intan dari KSR-Poliban, juga menambahkan acara ini luar biasa, dan berharap khilafah dapat berdiri agar pemerintahan sekarang sesuai dengan pemerintahan Islam.
Aulia, selaku pihak panitia memaparakan, bahwa acara ini dilatarbelakangi oleh respon MHTI menyangkut agenda yang pernah diselenggarakan pada bulan januari lalu yaitu aksi bela rakyat dan mencoba membawakan sebuah forum yang bertujuan untuk sekedar aksi bela rakyat, turun ke jalan atau penggalangan dana yang bisa memberikan perubahan.
“Harapannya agar mahasiswa bisa lebih kritis tidak sekedar setelah ada kebijakan, baru bisa berpikir dan bertindak kritis akan tetapi juga ketika ada problematika, mahasiswa diharapkan mampu memberikan solusi yang mendasar bukan solusi yang mati, dan semoga para aktivis-aktivis benar-benar memperjuangkan kehidupan Islam yang dulu pernah ada,” tambah Aulia. (RPES/EkK)
“Harapannya agar mahasiswa bisa lebih kritis tidak sekedar setelah ada kebijakan, baru bisa berpikir dan bertindak kritis akan tetapi juga ketika ada problematika, mahasiswa diharapkan mampu memberikan solusi yang mendasar bukan solusi yang mati, dan semoga para aktivis-aktivis benar-benar memperjuangkan kehidupan Islam yang dulu pernah ada,” tambah Aulia. (RPES/EkK)