LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

Mengenal Lebih Dekat Calon Ketua BEM 2018 #2; LUTHFI SIAP BENAHI PERGERAKAN MAHASISWA ULM

Pasca melaksanakan sosialisasi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat (FKIP ULM) pada Jumat (8/12) calon ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ULM nomor urut 2 langsung menuju Student Business Center (SBC) meski masih menggunakan almameter. Adalah Muhammad Luthfi Rahman, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (FH ULM) angkatan 2014 yang tahun ini memberanikan diri mencalon sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ULM Tahun 2018.

Saat ini ia telah menempuh pendidikan selama tujuh semester di ULM. Ia pernah menjabat sebagai ketua Komisi Umum Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) FH ULM pada semester dua, anggota Departemen Kebudayaan dan Olahraga BEM ULM pada semester tiga, dan wakil ketua BEM FH ULM periode 2016-2017.

Luthfi, begitu sapaannya sehari-hari. Ia lahir di Tanjung, Kabupaten Tabalong pada 27 Oktober 22 tahun silam. Menamatkan bangku pendidikan sekolah dasar hingga SMA di kota kelahiran. Anak tunggal ini sangat suka mendengar dan memainkan alat musik. selain itu, ia sangat berdiskusi di sela-sela waktunya.

Selama menjalani masa putih biru dan putih abu-abu (SMP-SMA) Luthfi aktif mengikuti kegiatan pramuka dan Palang Merah Remaja (PMR). Ia juga sempat berkeinginan menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) namun ia masih tidak lulus.

“Memang ada ketidakjelasan struktural saat itu, karena saat sekolah ekstrakurikuler ‘kan dipangku oleh guru. Tidak seperti saat kita sudah menjadi mahasiswa, memang real kita yang menentukan arah haluan organisasi,” jelas Lutfi.

Berbicara tentang mahasiswa, bagi Luthfi, mahasiswa memiliki status pelajar yang berbeda dan memiliki nilai lebih daripada siswa yang konotasinya belajar di sekolah-sekolah. Hal itu karena ada kata “Maha” di depan kata siswa.

“Bagi saya, kata ‘Maha’ hanya ada dua di dunia, yaitu Maha Esa dan Maha siswa,” ujarnya.

Menurut Luthfi, kata “Maha” berarti memiliki nilai lebih dari yang lain. Maka hendaknya, sambung Luthfi, mahasiswa memahami betul esensi dari kata “Mahasiswa” itu sendiri. Hal yang membedakan mahasiswa dengan siswa biasa adalah mahasiswa dituntut untuk mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

“Pendidikan kita dapat di bangku kuliah, lalu penelitian setidak-tidaknya akan dilakukan saat pembuatan skripsi. Tapi mengenai pengabdian masyarakat, saya rasa ini yang sangat jarang diimplementasikan oleh mahasiswa,” terang Luthfi.

Bagi Luthfi ini kenyataan yang sangat disayangkan, padahal mahasiswa dituntut untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bentuknya satu kesatuan. Pengabdian masyarakat bisa dilakukan melalui berbagai cara, sebagaimana banyak jalan menuju Roma, Lutfi menyebut salah satu cara melakukan pengabdian masyarakat adalah melalui organisasi.

“Biasanya dalam organisasi selalu ada program kerja yang namanya pengabdian masyarakat, dan kita dituntut harus ada melakukan pengabdian masyarakat sebagaimana tujuan organisasi itu dibentuk, supaya dia bisa bersentuhan dengan masyarakat luar”, terang Luthfi.

Bukan hanya sekedar mengimplementasikan poin ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi, organisasi juga sangat penting bagi mahasiswa, karena bisa menjadi kawah candradimuka. Artinya, organisasi adalah tempat di mana mahasiswa dapat belajar menjadi pribadi yang lebih baik.

“Dengan berorganisasi, pola pikir kita pasti berubah secara komprehensif. Pandangan kita akan berbeda dengan mahasiswa yang apatis, dan kita bisa membentuk jati diri dalam organisasi. Selain itu, kita akan mendapat link dan koneksi yang luas, yang pastinya akan berguna di masa sekarang dan masa yang akan datang,” terang Luthfi.

Lebih lanjut, disampaikan oleh Luthfi, mahasiswa adalah golongan yang memiliki power berupa pergerakan mahasiswa. Dapat diambil contoh, pada tahun 1998, mahasiswalah yang menggulingkan pemerintahan Soeharto, dan mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat.

“Jika sebelumnya Bung Karno sebagai penyambung lidah rakyat, maka kini mahasiswa yang harus mengambil alih peran itu,” tegasnya.

Alasan sederhana yang mendasari keinginan Lutfi untuk melanjutkan perjuangan sebagai ketua BEM tingkat universitas adalah karena pergerakan mahasiswa dirasa semakin sepi dan kurang, terutama beberapa tahun belakangan. Dikatakan oleh Lutfi, pergerakan-pergerakan seperti penurunan besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk mahasiswa semester 9 pada masa Khairul Umam (2017), Koin Peduli pada masa Ariyanto (2016), maupun Hearing dengan rektorat pada masa Syaifullah (2015) merupakan suatu hal yang patut diapresiasi. Namun, Lutfi mengungkapkan ingin mengembangkan hal-hal yang dirasa masih kurang.

“Seperti blokade jalan di depan gerbang masuk ULM,” ungkap Lufti.

Menurutnya, pemblokadean jalan merupakan sesuatu yang tidak etis, lebih-lebih di depan gerbang masuk kampus sendiri. Ia yakin seluruh mahasiswa pasti kesal, karena sebelumnya ada space untuk langsung menuju gerbang ULM, tapi sekarang diblok.

“Yang membuat saya lebih kesal adalah tidak ada mahasiswa yang bereaksi dengan permasalahan itu,” tungkas Lutfi.

Lutfi mengaku, jika nanti ia yang diamanahkan menduduki jabatan sebagai ketua BEM ULM, ia akan menanyakan hal itu ke rektorat, kenapa sampai ada pemblokadean jalan. Karena menurut Lutfi, mahasiswa ke kampus pasti niatnya untuk belajar, dan mahasiswa dipersulit secara teknis untuk masuk ke kampus sendiri.

“Bukan masalah kasusnya, tapi tidak adanya pergerakan mahasiswa mengenai hal ini. Kasus lain pun sama, mahasiswa pasti diam saja, dan saya pribadi terpanggil ingin melanjutkan karier di BEM ULM, walau pun saya rela akan menunda kelulusan. ‘Kan seperti itu syaratnya,” sambung Lutfi sambil tertawa.

Lutfi mengaku tidak ingin munafik, karena alasan lain mengapa ia mencalonkan diri sebagai ketua BEM ULM adalah ingin setelah ia lulus nanti, namanya akan diingat oleh kawan-kawan di ULM. Ia mengatakan mendapat inspirasi dari salah satu isi pidato Syaifullah, mantan ketua BEM Tahun 2015.

“Saya ingin setelah saya lulus di ULM, nama saya akan diingat. Ketika saya lulus, saya telah menorehkan tinta emas di ULM”, tiru Lutfi.

Selain Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Lutfi sudah melakukan sosialisasi di beberapa fakultas ULM Banjarmasin dan Banjarbaru, seperti Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Kehutanan (FK), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), dan pada setiap kunjungan ia selalu mendapat laporan permasalahan yang berbeda-beda. Ada permasalahan di tingkat program studi, tingkat fakultas, juga ada yang dalam ruang lingkup kampus ULM.

“Kalau berbicara tentang hal yang perlu dibenahi di ULM, mungkin lebih ke sifat struktural dalam artian bangunan, keadaan jalan yang kurang, atau kampus yang terendam jika turun hujan,” terang Lutfi.

Bukan suatu hal yang dapat dipungkiri, ujar Lutfi, fasilitas kampus ULM masih jauh tertinggal dari kampus lain, terutama yang berada di Pulau Jawa. Namun, dari segi pendidikan, ULM memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda dengan universitas lain, bahkan dijadikan kiblat pendidikan perkuliahan karena menjadi kampus tertua di Kalimantan.

“Hal yang membedakan kita dengan kampus lain adalah individu mahasiswanya. di Jawa, dunia perkuliahan mahasiswa itu hidup, mereka memanfaatkan waktu dan tempat yang ada untuk berdiskusi dan membaca buku. Atmosfer itu yang tidak kita temukan di Banjarmasin, karena mayoritas mahasiswanya apatis,” ungkap Lutfi.

Maka dari itu, bagi Lutfi, pemimpin yang baik adalah orang pandai membaca keadaan. Surah yang pertama diturunkan dalam Al-qur’an mendukung opininya, yaitu iqra yang berarti bacalah. Singkatnya, seseorang yang memimpin ULM nanti harus pandai membaca situasi yang ada, apa saja yang harus dibenahi, terutama dalam pergerakan mahasiswa.

“Intinya, siapapun nanti yang akan menjabat sebagai ketua BEM ULM, entah saya atau bukan, yang harus mereka lakukan pertama adalah melakukan sinergisasi dan diskusi bersama seluruh komponen intra kampus, baik ULM Banjarmasin maupun Banjarbaru, baik Ormawa tingkat universitas atau fakultas,” ujar Lutfi.

Ia merencanakan, seluruh Organisasi Mahasiswa (Ormawa) akan menyelaraskan pergerakan, bersinergi satu sama lain. Jangan sampai BEM ULM berdiri tanpa tahu menahu dengan kawan-kawan lain. Tidak adil jika BEM berkumpul-kumpul dan membiarkan Ormawa lain tidak terakomodir, karena semua unsur Ormawa merupakan satu kesatuan.

Apabila Lutfi terpilih sebagai ketua BEM ULM, ia akan melakukan silaturahmi dengan seluruh komponen intra kampus. Ia akan mengumpulkan seluruh Ormawa untuk membahas masalah pergerakan ULM selanjutnya, serta permasalahan apa yang perlu dibenahi di ULM. Selanjutnya, ia akan menguatkan BEM ULM sendiri, ia akan lebih dulu berbicara tentang dapur BEM. Ia akan melaksanakan open recruitment dan Latihan Dasar di mana hal tersebut akan bermanfaat untuk BEM pada satu tahun ke depan. Jika tidak ada kekuatan dalam tubuh BEM, maka tidak akan bisa berbicara tentang ranah yang lebih besar seperti BEM antar-universitas atau BEM nasional.

“Ibaratnya, kita ingin jadi jagau di kampung orang, tapi parang kita kada landap, kan supan. Landapkan dulu parang kita,” tungkas Lutfi.

Ia berharap pemimpin BEM ULM nanti paham betul BEM itu apa, jangan sampai BEM berubah jadi Badan Event Mahasiswa, membuat program-program yang bersifat hiburan namun tidak jelas esensinya. Menurut Lutfi, hiburan boleh karena kita kekinian, tapi tetap harus diiringi dengan sisi akademik yang akan berdampak panjang terhadap mahasiswa.

Di samping itu, Lutfi mengutarakan bahwa visi yang ia buat diiringi dengan niat dan kemampuan yang sudah ia bawa. Meski belum memiliki pengalaman mumpuni, tapi baginya, tidak ada salahnya mencoba.

Visinya yang berbunyi, “Mewujudkan sebuah organisasi yang modern, berlandaskan nilai keadilan, kebenaran, demokratis dan kritis untuk ULM yang berkemajuan.” Lutfi menggaris bawahi kata modern, baginya hal itu berarti bagaimana nanti kehadiran BEM bisa dirasakan oleh mahasiswa secara umum, baik yang berorganisasi atau yang apatis. Bagaimana BEM bisa menyesuaikan dengan keadaan jaman sekarang, serta bagaimana nanti BEM jaman now menjadi BEM kekinian, tapi tidak melupakan esensi BEM untuk melaksanakan advokasi.

“Kenapa tadi saya mengatakan tidak melupakan tugas pokok advokasi, karena nanti BEM akan melakukan advokasi dengan lima misi, yaitu, BEM sebagai lokomitif pergerakan organisasi mahasiswa di intra kampus, BEM sebagai penghubung antara mahasiswa atau civitas akademika dengan rektorat dengan alumni, BEM sebagai penghimpun seluruh aspirasi mahasiswa, BEM sebagai membuat sinergisasi dengan komponen di ULM, dan BEM sebagai pemimpin aspirasi seluruh Ormawa ”

Lutfi mengaku, misinya berkaitan satu sama lain. Ia akan mengadakan kegiatan bertatap muka dengan rektorat yang akan dimasukkan dalam program kerja dengan nama  DBR, atau Diskusi Bareng Rektorat. Program kerja ini hampir sama dengan Hearing, atau dengar pendapat yang melakukan tatap muka dengan Rektor dan Wakil Rektor I hingga IV.

“Ada satu hal yang unik di misi saya. Karena tadi saya bilang modern, saya ingin menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa ULM, di mana saya sudah melakukan perbincangan dengan beberapa organisasi terkait di tingkat kota Banjarmasin, Banjarbaru, maupun Kalimantan Selatan,” jelas Lutfi.

Ia mengaku juga sudah melakukan perbincangan dengan beberapa organisasi yang bersifat kewirausahaan, di mana nanti jika ia terpilih ia akan membuat Seminar Kewirausahaan dan Motivasi Diri. Berdasar atas pengalaman pribadi, sebagai mahasiswa yang berasal dari tempat yang jauh dari Banjarmasin, Lutfi mengaku kawan-kawan lain pun pasti memiliki kebutuhan yang banyak, seperti bayar kos, kebutuhan makan, dan lain-lain.

“Dengan berwirausaha, saya ingin kawan-kawan bisa berdikari, alias berdiri di atas kaki sendiri, atau mandiri secara ekonomi. Itulah sebabnya saya membuat kegiatan tentang kewirausahaan,” terang Lutfi.

Masalah modal, Lutfi juga akan mencoba berkoordinasi dengan Koperasi Mahasiswa (Kopma) ULM. Ia berharap Kopma bisa menyuntikkan modal kepada mahasiswa ULM yang ingin berwirausaha secara serius, karena selain fungsinya akan dirasakan selama kuliah, setelah lulus pun ketika sambil mencari pekerjaan, mahasiswa masih bisa meneruskan usaha tersebut.

“Jadi nanti saat mengikuti acara, bagi kawan-kawan yang tidak memiliki gambaran untuk berwirausaha tetapi ada keinginan, kawan-kawan akan tertarik untuk membuat misalnya online shop, atau kawan-kawan yang sudah berwirausaha akan lebih mengetahui step by step caranya,” ujar Lutfi.

Itulah salah satu hal yang unik yang ia tawarkan kepada mahasiswa ULM. Berbeda dari yang lain, karena ia menonjolkan sisi kewirausahaan.

Penulis: Siti Hajar Aswad dan Malia

Editor: Siti Nurdianti

Foto: Lutfi