LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

Amalan Istimewa di Bulan Muharram

Kalender hijriyah merupakan kalender yang berasal dari umat Islam. Kalender tersebut mulai ditetapkan pada zaman Khalifah Umar. Sesuai kesepakatan, awal tahun hijriyah ditetapkan ketika Nabi hijrah ke Madinah, sebab momen tersebut adalah salah satu momen yang sangat penting dalam islam. Sesaat sebelum hijrah, kota Mekkah masih dalam keadaan stagnan dan tak banyak orang yang menganut agama islam, sedangkan di Madinah sudah cukup banyak orang yang masuk islam padahal Rasulullah belum berdakwah secara langsung di sana. Beliau hanya mengutus Mushab bin Umair untuk mengajarkan dan menyebarkan islam di Madinah.

                Salah satu bulan yang istimewa pada tahun hijriyah adalah bulan Muharram. Bulan ini termasuk bagian dari empat bulan yang mulia atau disebut arba’atul hurum yang mana ada tiga bulan yang berurutan dan satu bulan yang tak berurutan. Arba’atul hurum terdiri atas bulan Dzulhijjah, Dzulqa’dah, Muharram, dan Rajab. Sebab kemuliaannya, saat memasuki bulan-bulan tersebut umat islam diharamkan untuk mengadakan perang.

Berikutnya kita beralih ke hari istimewa di bulan Muharram yaitu hari asyura yang bertepatan pada 10 Muharram. Biasanya pada tanggal itu umat islam di berbagai daerah membuat kegiatan memasak bubur asyura dan membagikan buburnya ke warga sekitar. Hari asyura juga bertepatan dengan berbagai momen yang dialami para Nabi di antaranya, Nabi Nuh yang diselamatkan Allah SWT dari banjir besar dan Nabi Musa yang selamat dari kejaran Raja Firaun lalu Nabi Musa pun berpuasa. Bahkan puasa di bulan Muharram paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan. Dahulu pada zaman Rasululullah masih hidup, umat nasrani dan yahudi juga melaksanakan puasa asyura. Keutamaan berpuasa pada tanggal itu adalah dapat menghapus dosa-dosa yang telah lalu. Agar membedakan umat beliau dengan umat lain Rasulullah menganjurkan umatnya untuk berpuasa sehari sebelum puasa Asyura yaitu puasa Tasu’a yang bertepatan dengan tanggal 9 Muharram. Namun, Rasulullah tak sempat melaksanakan puasa Tasu’a sebab beliau telah wafat sebelumnya. Selain berpuasa, amal ibadah lainnya juga dapat menghasilkan pahala berlimpah dari biasanya. Bagi wanita yang haid masih bisa mengerjakan ibadah selain sholat dan membaca Al-Qur’an seperti bersholawat, berdzikir, membantu orang lain, dan mengikuti pengajian. Jadi, masih ada cara lain untuk memanfaatkan waktu di bulan yang penuh kemuliaan ini. Semoga kita dapat mengamalkannya, Aamiin.

 

Penulis: Nur Anggia Febrina