LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

Lelaki Berbaju Biru merebahkan dirinya di atas tempat tidur sambil memandang langit-langit rumah dengan mata yang kian menyipit. Pikirannya tertuju pada hutang yang menumpuk karena kegilaan nafsunya. Semenjak virus corona merebak, Lelaki Berbaju Biru sering berada di rumah. Tapi ia harus tetap bekerja keras demi menuntaskan hutang itu. Matanya memerah karena hampir seharian berhadapan dengan laptop. Perlahan, Lelaki Berbaju Biru mulai memasuki alam yang berbeda. Penuh ketenangan.

 

Dalam mimpinya, Lelaki Berbaju Biru telah ada di depan bangunan dengan banyak pintu. Lawang Sewu? Bukan. Bangunan itu tidak terlihat seperti buatan Belanda. Karena penasaran, Lelaki Berbaju Biru membuka pintu pertama yang ada di dekatnya. Terlihat seorang manusia memakai APD (Alat Pelindung Diri) -entah perawat atau dokter- sedang duduk bersandar sambil sesenggukan menangis. Tangisnya miris, hati para pendengar mungkin dapat teriris. “Semoga Tuhan menghilangkan kegundahan hatinya!”, ujar Lelaki Berbaju Biru dalam hati.

Pintu Kedua

Lelaki Berbaju Biru keluar dari pintu pertama dan berpindah ke pintu kedua. Suasananya cukup ramai. Namun, mata Lelaki Berbaju Biru tertuju pada nenek berkerudung coklat yang sedang berjualan gorengan. Wajahnya kisut karena dimakan usia. Orang-orang memang mondar-mandir di depannya tapi tak satu pun yang membeli dagangannya. Lelaki Berbaju Biru iba dan merogoh saku tapi tak ada selembar rupiah pun. Lelaki Berbaju Biru kembali berdoa. “Semoga dagangan nenek itu cepat laku dan berkah!”

Pintu Ketiga

Lelaki Berbaju Biru membuka pintu ketiga, dilihatnya seorang anak muda -sekitar usia 20 tahun- sedang berjibaku dengan laptop dan buku-bukunya. Lelaki Berbaju Biru mendekati anak muda itu. Namun, anak muda seolah-olah tidak melihat Lelaki Berbaju Biru. Sesekali anak muda itu meregangkan tubuh tuk melepas kepenatan. Anak muda itu lalu membuka media sosial dan membaca kiriman orang lain yang berisi “Ip tergantung jaringan internet”, jarinya pun gesit melayangkan “suka” pada kiriman itu. Ia mencoba melihat kiriman lainnya tapi tersendat-sendat. Ia lalu mengecek sisa kuota yang ternyata tinggal 64Kb, alias habis. “Semoga Tuhan membalas perjuanganmu!”, ujar Lelaki Berbaju Biru.

Pintu Keempat

Tujuan berikutnya adalah pintu keempat. Pintu ini agak lebih megah dari pintu lainnya. Saat berada di dalam, Lelaki Berbaju Biru melihat seorang pemuka agama sedang berada di depan kamera dan melangsungkan ceramah secara daring. Pemuka agama berkata,”Jika tak ada harta tuk bederma, pastikan doamu selalu menggema!”

 

Alarm berbunyi. Waktu menunjukkan pukul 04.00 WITA. Lelaki Berbaju Biru terbangun dan duduk sebentar, lalu melangkahkan kaki untuk mandi sekaligus mengambil air wudu. Lelaki Berbaju Biru menggelar sajadah untuk solat tahajud. Tak lupa pula ia menebar doa untuk semesta agar cepat kembali seperti semula.

(Nur Anggia Febrina)