LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

Dampak Banjir di Desa Pingaran Ulu

Persmakinday – Banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan saat ini menyita banyak perhatian publik. Sebab banjir yang terjadi merupakan yang terbesar yang pernah terjadi khususnya di daerah Kalimantan Selatan itu sendiri. Salah satu daerah yang terkena dampak banjir adalah Desa Pingaran Ulu, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.

Banjir dimulai sejak tanggal 12 Januari 2021. Namun banjir pada saat itu masih relatif aman dan tidak sampai naik hingga ke rumah warga.

Menurut Salim. Salah satu mahasiswa ULM yang merupakan penduduk Desa Pingaran Ulu. Hingga sejak tanggal 13 Januari 2021 sampai beberapa hari seterusnya, arus banjir semakin deras. Ditambah desa tersebut juga memiliki sungai besar yang bermuara di Sungai Martapura dan adanya kiriman air dari waduk Riam Kanan.

Keadaan Tempat Salim di Desa Pingaran Ulu

Kondisi terakhir saat banjir besar tersebut sempat mencapai hingga pinggang orang dewasa.

Kondisi rumah Salim sebelum banjir ini memang sudah mulai lapuk. Datangnya banjir yang kurang lebih 17 hari merendam rumahnya tersebut tentu saja membuat papan-papan untuk lantainya banyak yang terlepas dan hanyut.

Ruangan yang mengalami kerusakan paling parah dari rumah Salim adalah tempat tidur mereka sekeluarga. Ada satu lemari yang masih berdiri padahal papan dibawahnya sudah hilang dan hanya disangga oleh tiang penyangga papan lantai rumah tersebut. Atap rumahnya juga banyak yang jebol karena hujan deras beberapa waktu yang lalu melanda desa tersebut. Ditambah atap rumah mereka hanya menggunakan daun rumbia.

Dari peristiwa banjir ini tentunya banyak yang mengalami kerugian bagi setiap orang. Seperti yang dialami Salim. Banyak buku mata kuliahnya basah, yang mana buku tersebut juga ia pinjam dari kakak tingkatnya.

Padi yang kurang lebih 22 karung milik keluarga Salim juga habis terendam banjir dan sudah mulai mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Kerugian yang Dialami

“Kerugiannya kalau dihitung-hitung kerugian banih itukan 22 karung yang isinya ya, dua atau tiga balik. Satu balik itu harganya 60, 70 jadi kalau dihitung-hitung itu ruginya lebih dari 5 jutaan juga gitu, karena untuk rumah itu lebih besar lagi mungkin yang disebabkan banjir yang melanda Kalimantan Selatan ini.” Ujar Salim.

Dari kondisi rumahnya yang sebelum banjir memang sudah lapuk dan usang, seharusnya dari pemerintah daerah sudah memberikan bantuan untuk keluarga Salim. Namun ternyata tidak. Meskipun mereka sudah mengajukan data ke aparat desa dan dinas sosial tetapi mereka tidak mendapatkan respon yang positif.

Untuk bantuan di awal agak sulit didapatkan oleh keluarga Salim karena ada perselisihan di posko.

“Memang bantuan sulit tapi bukan dalam artian sulit tidak tersalurkan tapi karena kita dianggap tidak sepemahaman dengan mereka-mereka yang ada di posko, ini sebenarnya ada politik yang dibawa. Kakak Salim kan dia mencalon gitu jadi kepala desa nah, kemudian yang menjaga posko banjir itu yang tim pemenang calon kepala desa yang satunya gitu, jadi ada sedikit miss dan sedikit konflik kita. Jadi, kita yang tersisihkan dan terpinggirkan akhirnya. Katanya tidak terdaftar sebagai pengungsi, padahal ya tetap satu desa dan sama-sama terdampak banjir gitu. Jadi di awal-awal itu memang tidak ada bantuan yang tersampaikan ke tangan keluarga Salim gitu.” Tambah Salim.

Namun beberapa hari belakangan sudah ada beberapa bantuan yang tersampaikan untuk keluarga mereka meskipun hanya sedikit. Dari hasil wawancara kita juga diketahui donasi-donasi dari ULM Banjarbaru juga telah sampai dan ada diposko meskipun keluarga mereka tidak mendapatkannya, mungkin sudah terbagikan kelain-lainnya juga.

Oleh: Ipah Yuan Dana