Peregrine, sosok ilahi yang menjelajahi seluruh penjuru bumi, adalah salah satu ciptaan Tuhan yang paling indah dan mulia. Ia adalah saksi dari segala keajaiban dan kekejaman yang terjadi di dunia. Ia juga memiliki kuasa untuk mengubah nasib makhluk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Suatu hari, di sebuah kota di Amerika Serikat, ia melihat seorang wanita tua yang berjalan terseok-seok dengan tongkatnya. Rambut hitamnya yang sudah memutih sebagian terbang-terbang ditiup angin musim gugur. Wajahnya tampak murung dan kesepian.
“Ya, Tuhan! Hamba hanya ingin bahagia saja,” ucap wanita itu dengan suara lirih, sambil meneteskan air mata. Ia merasa hidupnya tidak berarti dan tidak ada yang peduli padanya. Ia berdoa agar Tuhan memberinya kebahagiaan sebelum ia mati.
Peregrine mendengar doa wanita itu dan merasa iba padanya. Ia pun memutuskan untuk memberinya kesempatan kedua untuk hidup lebih bahagia. Dengan sekejap mata, ia memindahkan jiwa wanita itu ke tubuh seorang gadis remaja yang sedang berada di sekolah.
Gadis remaja itu adalah seorang yang sombong, kasar, dan jahat. Ia sering membully teman-temannya yang lebih lemah dan tidak populer. Ia tidak pernah bersyukur atas apa yang ia miliki dan selalu menganggap dirinya paling hebat.
Saat itu, ia sedang menyiram air soda ke wajah seorang gadis yang menjadi korbannya. Gadis itu menangis dan memohon agar ia berhenti. Namun gadis remaja itu malah tertawa dan menghina-hina gadis itu.
“Ampun! Gue nggak bakal ngelawan lagi,” ratap gadis yang dibully itu.
“Ha! Dasar pecundang! Kamu nggak pantas hidup di dunia ini!” ejek gadis remaja itu sambil mengangkat tangannya untuk memukul gadis itu.
Tiba-tiba, waktu berhenti. Semua orang di sekitarnya membeku seperti patung. Daun-daun kering yang terbawa angin juga terhenti di udara. Hanya Peregrine yang masih bisa bergerak bebas.
Ia mendekati gadis remaja itu dan menatapnya dengan tatapan tajam. Ia merasa jijik dengan sikapnya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia pun memutuskan untuk memberinya hukuman sekaligus pelajaran.
Dengan sekejap mata lagi, ia menukar jiwa gadis remaja itu dengan jiwa wanita tua yang ia bantu sebelumnya. Kemudian ia mengembalikan waktu seperti semula.
Gadis remaja itu kaget ketika ia menyadari bahwa ia sudah berada di tempat yang berbeda. Ia melihat dirinya berada di sebuah kamar sederhana dengan perabotan tua. Ia merasakan tubuhnya sakit-sakit dan lemah. Ia melihat tangannya yang keriput dan tongkatnya yang tergeletak di samping tempat tidur.
“Ya, Tuhan! Tempat apa ini?” gumam gadis remaja itu dengan ketakutan.
“Mulailah hidup yang baru,” bisik Peregrine di telinganya dengan suara lembut tapi tegas. Ia memberitahu gadis remaja itu bahwa ia telah menukar jiwanya dengan wanita tua yang ia doakan tadi. Ia juga memberitahu bahwa ia harus belajar untuk bersyukur, berbuat baik, dan mencari kebahagiaan dalam hidup barunya.
Jiwa wanita tua yang kini berada di tubuh gadis remaja itu tersenyum dengan lega dan bahagia. Ia merasakan tubuhnya yang muda dan sehat. Ia melihat dunia yang penuh warna dan harapan. Ia mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan Peregrine atas kesempatan kedua yang ia dapatkan.
Sementara itu, jiwa gadis remaja yang kini berada di tubuh wanita tua itu berteriak dengan histeris dan tidak terima. Ia merasa hidupnya hancur dan tidak adil. Ia menyesali semua perbuatannya yang jahat dan sombong.
“Argh! Kenapa gue bisa di sini? Gue nggak terima!” jerit gadis remaja itu dengan putus asa.
Peregrine hanya menggelengkan kepalanya dengan sedih. Ia berharap gadis remaja itu bisa segera menyadari kesalahannya dan berubah menjadi lebih baik. Ia pun meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanannya menjelajahi bumi.
Penulis: Nur Rahmadianty Shafira