LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

KEPALA

CW// Blood, die, kepala.

 

Malam yang gelap dan sunyi, langkah berat Juan menuntunnya perlahan pulang. Dalam balutan uap hangat yang menyelimuti, ia membuang segala letih dan penat. Lamunan Juan terpecahkan, sesaat ketika netranya dilayangkan pada berapa helai surai hitam pada celah dinding kamar mandi. Merajut misteri dan malapetaka. Kenapa bisa ada di sana? Benaknya dipenuhi pertanyaan. Mungkin saja itu milik ibunya.

Tapaknya keluar dari kamar mandi terhenti. Bukankah ibunya sudah ubanan?

Sudahlah, ia mengabaikan. Tak menyadari bahwa dunia gelap sedang merangkulnya dengan kekuatan terlarang.

Di pagi yang kelam, tepat ketika ia membuka kenop pintu dan melangkahkan kaki ke dunia luar, Juan diserang kehadiran hantu tak berkepala. Ia membeku, seakan seluruh syarafnya kompak berhenti bekerja. Bayangan misterius itu menyusup ke dalam benaknya, menghantamkan teror yang tiada tara. Juan merasa kehadiran yang tak terlihat menghantuinya, menjerat jiwa dan pikirannya dalam kekacauan yang tak berujung. Ia telah terjebak dalam alam mimpi buruk yang dipenuhi oleh hantu tak berkepala.

“Tolong carikan, Juan.”

“Carikan kepalaku,” lirih semu hantu itu yang menggerayangi pendengarannya setiap saat. Juan akan segera gila karenanya.

Terkungkung dalam ketakutan, Juan mengumpulkan keberanian untuk melawan. Dalam keraguan dan keterguncangan, ia memutuskan untuk mencari kepala yang hilang dari hantu itu. Ia meyakini bahwa dengan menemukan kepala yang terputus itu, ia dapat membebaskan dirinya dari belenggu kegelapan yang merajalela. Dengan setiap langkah, ia terperangkap dalam pengejaran yang mencekam dan mencari jawaban dalam gelapnya kehidupan yang tak nyata.

Nyatanya, pencarian itu menghantarkan Juan pada pintu gerbang kematian. Berakhir dengan penyesalan. Ia telah melakukan kesalahan besar.

Juan melihat raganya terbaring jauh di sana, tergeletak tak berdaya dengan rembesan merah, berebut membasahi jalan di malam itu. Lirihan suara yang membuatnya menggila itu menuntunnya sampai kesini.

Ia menemukan tubuhnya sendiri terpisah dari kepalanya, tak lama sebelum hantu tak berkepala yang dahulu mengganggu Juan muncul kembali. Ia menyeret kepala Juan yang terpisah dan menyatukannya dengan tubuh yang lumpuh. Juan, kini menjadi boneka tak berdaya, menghantui orang lain, mencari kepalanya yang hilang.

Juan, sebagai arwah yang tersesat, melayang dalam gelapnya malam, mencari ketenangan yang tak pernah ia temukan.

“Dimana, kepalaku?”

Dalam setiap penggentayangan, ia memohon dan memohon kepada orang-orang yang ia temui untuk mencari kepala yang seharusnya menjadi miliknya. Dalam setiap langkah yang terhenti, ia menyeruak dalam ketakutan dan kesia-siaan yang terperangkap dalam alkisah tak berujung.

 

Penulis: Dwi Rara Rahmiati