LPM Kinday

Kabar Kampus Universitas Lambung Mangkurat

ATASI KEMACETAN DENGAN KEMACETAN

Oleh: Siti Saidah

Kemacetan adalah hal yang sering ditemui di kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan kota besar lainnya. Akan tetapi, hal tersebut sekarang telah mulai terlihat di kota Banjarmasin dan sekitarnya. Itulah salah satu potret semakin merebaknya kendaraan bermotor di kalangan masyarakat umum di Indonesia. 

Tidak dapat dipungkiri semakin hari jalan besar di kota Banjarmasin semakin terlihat dipadati oleh kendaraan umum, baik dari kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat dan angkutan umum lainnya. Sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah kota Banjarmasin untuk dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan merencanakan suatu pembangunan jalan layang (fly over) seperti halnya jalan layang yang ada di kota Jakarta. Sejak November 2012 Pemerintah Kota Banjarmasin melakukan pembangunan Jembatan Layang di daerah Jalan A. Yani Km.3,5 depan pasar Pandu hingga Km.4,0 depan Kampus Hijau IAIN Antasari. Pembangunan tersebut mulanya diusulkan sepanjang 1,2 kilometer, tetapi akhirnya yang disetujui hanya sekitar 400 meter dan lebar 16 meter dengan dana sebesar Rp.1,5 Miliar.  
Pembangunan fly over tersebut dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi kemacetan yang setiap tahunnya semakin meningkat. Selain itu, pembangunan ini bertujuan pula untuk memecah masalah kemacetan yang sering terjadi pada jam-jam sibuk di daerah perempatan Jalan Gatot Subroto, sebagai jalur masuk dan keluar kota. 
Pembangunan jalan layang tampaknya memang sudah sangat mendesak, akibat kepadatan kota yang makin ‘gila’. Menurut satu sumber, jumlah kendaraan di Kota Banjarmasin mencapai 250 ribu roda dua dan 50 ribu roda empat, dengan pertambahan rata-rata 10 persen per tahun (antaranews.com 26-9-2012). 
Adapun jalur alternatif yang disarankan selama pembangunan flyover berlangsung adalah sebagai berikut: 
1. Arus dari dalam kota 
a. Arus lalulintas dari arah jalan Merdeka menuju luar kota diarahkan melewati Jalan veteran. 
b. Arus lalulintas dari jalan A yani Kilometer 1 arah luar Kota diarahkan melewati arah kuripan.
 c. Jalan veteran Kilometer 1 sampai dengan Kilometer 2 sewaktu-waktu diberlakukan satu arah. 
d. Truk dari Pelabuhan menuju jalan A Yani Kilometer 5 diarahkan lewat Lingkar Selatan. 
2. Arus dari Luar Kota 
a. Arus lalulintas dari jalan A yani Kilometer 5 menuju ke dalam kota diarahkan melewati Jalan Gotot Subroto. 
b. Arus lalulintas dari jalan A yani Kilometer 7 menuju ke dalam kota di arahkan melewati ke jalan Pramuka.
 c. Arus lalulintas menuju Kalteng di arahkan melewati jalan Gubernur Syarkawi jalan Tugu A Yani Kilometer 17. 
d. Untuk angutan Truk yang menuju ke pelabuhan di arahkan melewati jalan Gubernur Soebarjo. (banjarmasin.tribunnews.com 6-11-2012).
Sekalipun telah disediakan beberapa jalan alternatif seperti yang telah disebutkan. Tampaknya, dampak buruk dari Pembangunan jalan layang tidak dapat dihindari. Akibat pembangunan sepanjang jalan A. Yani yang menjadi proyek flyover ini, sejak November kemarin hingga saat ini hanya menyisakan satu lajur yang tadinya tiga lajur di kanan dan kiri jalan. Otomatis dengan pembangunan ini jalan A. Yani macet seperti yang tampak pada beberapa gambar berikut. 

Kemacetan ini diprediksi selama satu tahun atau selama pengerjaan flyover berjalan. Akibat hal tersebut, maka pantas saja ada beberapa warga yang mengeluh. Salah satunya adalah Aminah Fajriati, salah seorang mahasiswi fakultas Tarbiyah di IAIN Antasari ini menyatakan bahwa untuk sekarang ini dia hanya mampu memberikan keluhan atas kemacetan yang dirasakannya. Biasanya Aminah hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit dari rumah untuk menuju kampusnya, tetapi karena adanya pembangunan fly over maka sekarang dia harus pergi ke kampus 15-30 menit lebih awal agar dia tidak terlambat. 
Begitu pula dengan Maulida Rahmah, seorang mahasiswa FKIP Unlam ini mengaku terganggu atas pembangunan fly over sekarang. Akibat pembangunan tersebut dia sekarang harus menyediakan waktu 30 menit lebih cepat dibanding biasanya untuk menempuh perjalanan dari rumah ke kampus, menurut pemaparannya biasanya dia hanya memakan waktu 30 menit untuk pergi ke kampus, akan tetapi sekarang sudah tidak bisa lagi, dia harus menyediakan waktu 30 menit lebih awal untuk antisipasi jika terjebak macet di daerah pembangunan fly over tersebut. 
Selain hal itu, Maulida juga menyatakan bahwa dia masih memiliki rasa takut akan kokohnya pondasi jalan layang yang sedang dibangun. Walaupun begitu, dia tetap ingin mencoba untuk menggunakan jalan tersebut jika telah selesai dibangun nanti dan apabila jalan tersebut dia rasa tidak lebih nyaman dari jalan biasa yang dia lewati, maka dia akan tetap memilih jalan yang biasa dilewatinya. 
Menurutnya, lebih baik pemerintah membuat pelebaran jalan dengan adanya saluran air, serta memberi jalan khusus untuk masing-masing kendaraan baik roda dua, roda empat, maupun angkutan umum. 
 Berbeda halnya dengan Fauzur, salah seorang mahasiswa IAIN Antasari ini menyatakan bahwa solusi dari pemerintah kota dengan pembangunan fly over ada benarnya, mengingat pertimbangan semakin besarnya ratio pertumbuhan masyarakat dan semakin banyaknya pengendara tiap tahunnya. Maka tak ada salahnya jika mengorbankan waktu beberapa tahun lebih dulu untuk pengerjaan proyek. 
Meskipun dia juga mengaku terganggu dengan adanya pembangunan jalan layang tersebut. Akan tetapi, dia tidak begitu mempermasalahkan waktu yang diperlukannya untuk pergi ke kampus. Menurutnya, dengan kendaraan roda dua yang dia kendarai, maka dia dapat saja dengan mudah mencari jalan tembus atau jalan alternatif lain melalui komplek ataupun gang kecil untuk sampai kampus tanpa harus terkena macet.