persmakinday.com – Pemilu Raya atau biasa disingkat Pemira selalu mewarnai demokrasi kampus setiap tahunnya. Dan kali ini Pemira di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) diadakan pada Rabu (22/10). Sebelumnya para calon Ketua BEM yang bersaing telah melewati masa-masa kampanye, dan melewati dua agenda debat yang diadakan di kampus Unlam Banjarbaru pada Rabu (15/10) bertempat di Fakultas Kedokteran dan di aula Rektorat lantai 3 Unlam Banjarmasin pada Jumat (17/10) lalu.
Ditemui kru Kinday pada kamis (16/10), keempat calon Ketua BEM yakni Matrosul, Ribka Meylinda, Syaifullah dan Ferdi Tehsan mengungkapkan visi misi, program kerja yang dicanangkan dan kendala yang dihadapi pada masa kampanye.
Matrosul
Berkampanye ke beberapa kelas di tiap fakultas, itu lah yang dilakukan Matrosul agar mahasiswa tau mengenai proses demokrasi di kampus ini. Matrosul mengaku persiapan hingga H-2 sebelum masa kampanye berakhir telah dilaksanakan 80%, di tiap-tiap fakultas sudah mereka datangi, tak lupa kampanye melalui spanduk, brosur, pamflet dan lainnya.
Dia mengaku kendala yang mereka hadapi hanya terbentur dengan jadwal kampanye, karena pada saat kampanye paling tidak harus datang calonnya, sehingga membagi waktunya harus sesuai.
Ketika ditanya mengenai respon mahasiswa mengenai pemira,
Matrosul nyatakan, “sementara yang kita masuki (temui, red) ibaratnya kalau temen-temen itu 100%, kita mengatakan responnya 80%, kan ini perlu pemahaman sebenarnya, artinya perlu juga disampaikan, dengan adanya sosialisasi ini mereka jadi tau”.
Unlam Berprestasi, yakni Unlam Berkarakter, Progresif, Solutif, Aspiratif. Visi itulah yang diusung Matrosul bersama pasangannya, Reviadi Syafitri. Sedangkan program kerja yang ditawarkan adalah Unlam mengajar, dan program yang diutamakan adalah Desa Inovasi.
“Sementara ini desanya masih kita survey. Desa itu yang akan kita kembangkan dari segi energi terbarukan, agrisipil kita mau masuk dari segi ekonomi kreatif, kalau dua itu ada respon dan terlaksana baru kita akan mendorong dari segi kesehatan dan pendidikan,” ungkap Matrosul.
Mengenai perubahan yang diharapkan untuk Unlam kedepan, Matrosul menekankan pada perubahan dari segi prestasi, dan masalah kebijakan pun harus ada sinergi antar mahasiwa baik dari UKM universitas maupun BEM-BEM fakultas.
Ribka Meylinda
Berbeda dengan Ribka Meylinda, mengusung nomor urut 1 berpasangan dengan Cliff Singarimbun, dirinya mengaku tidak ada persiapan kampanye dan tidak mencari massa fanatik karena tidak mau menjanjikan apapun.
“kami bukan tipikal orang yang menjanjikan sesuatu kayak gitu, formatnya itu ya memang kita aja yang mau datang ke mahasiswanya langsung,” ujarnya. Ribka mengaku dukungan untuk mereka tentu ada, namun mereka membatasi pendukungnya untuk tidak terlalu seperti yang lain, persiapan lainnya juga mencetak flyer dan konsolidasi secara langsung dalam bentuk diskusi.
“Kita sudah bikin janji sebenarnya (ke fakultas-fakultas). Karena waktu sudah mepet, fakultas yang lain sudah mengusung calon juga, jadi agak susah, jadi sejauh ini gak ada,” ungkapnya ketika ditanya mengenai kampanye ke tiap fakultas.
“sebenernya maju ini memang niatnya belajar prosesnya aja dulu,” tambahnya lagi.
Ditanya mengenai kendala yang dihadapi, Ribka mengaku proses kampanye sejauh ini berjalan lancar sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh KPU.
“ada kendala sedikit, di hukum (fakultas hukum, red) kankita ada pasang flyer terus flyer kita dicabutin sama calon lain, terus ditempelin punya mereka, jadi ya kesannya lucu aja, jadi ada tim sukses kita dari hukum nempelin lagi, itu aja sih.. tapi ya gak papa, di kita sih jadi lucu-lucuan aja..” katanya sembari tersenyum.
Selain itu Ribka menyatakan bahwa mereka fokus pembenahan di dalam. Jadi ada konsolidasi, koordinasi, rekomendasi, dan komunikasi yang menjadi visi mereka. Untuk Program kerja yang utama, yakni care and carry, dimana BEM KM lebih care lagi kepada seluruh organisasi mahasiswa dan juga mahasiswanya. Care dalam artian membantu mencari solusi dari permasalahan yang ada.
Ditanya mengenai perubahan yang diperlukan untuk Unlam kedepan Ribka berpendapat bahwa yang perlu dibenahi adalah kesadaran dan kebiasaan mahasiswa.
“Yakni dengan menyadarkan mereka bahwa pemilu itu penting, jadi yang harus berubah adalah kebiasaan mahasiswanya, dari yang apatis menjadi mulai peduli,” jelasnya.
“kalau menurut aku pribadi semua calon baik, pada debat kemaren masing-masing juga menunjukan kualitasnya, jadi siapapun yang terpilih ya pasti itulah yang terbaik yang dibutuhkan Unlam, menang kalah it’s ok, yang penting kita udah nikmatin prosesnya,” tambahnya lagi.
Syaifullah
Ditemui di kampus yang sama dengan Ribka, Syaifullah yang berpasangan dengan Leoni Hermawan sebagai pasangan nomor urut 3, mengaku telah menyiapkan berbagai atribut kampanye seperti spanduk, baliho dan selebaran. Yang paling massive mereka juga kampanye ke kelas-kelas.
Syaifullah berpendapat bahwa pemira kali ini sangat kurang sosialisasi dari KPU, kendala yang mereka hadapi ketika di lapangan yakni perizinan-perizinan untuk memasang atribut kampanye masih banyak yang belum beres dibeberapa fakultas, Syaifullah pun menilai efektifitas dari kerja KPU belum maksimal, masalah perizinan ini harusnya sudah selesai di awal.
“seperti halnya kemarin kita masang spanduk di FKIP dilepas, ya wajar dilepas, karena ternyata masalah perijinan ini belum selesai di FKIP,” jelsnya.
Disinggung mengenai spanduk berisikan ucapan selamat kepada wakil Ketua MPR RI yang ternyata adalah alumni Unlam, dan didalam spanduk tersebut juga terdapat foto Rektor Unlam, Sutarto Hadi bersama pasangan nomor urut 3, Syaifullah menjelaskan bahwa itu adalah inisiatif dari dirinya sendiri.
“Pertama masalah inisiatif, komitmen terhadap misi saya yang kedua yakni menjalin hubungan yang harmonis antar civitas akademika Unlam maupun para alumni. Pak Mahyudin adalah alumni kita yang banyak orang tidak mengetahui hal itu, kenapa tidak kita memberikan penghargaan pada beliau, dan mengajak seluruh mahasiswa di unlam untuk tahu bahwa alumni kita menjadi tokoh nasional, yakni sebagai wakil ketua MPR RI,” jelasnya.
Syaifullah juga mengaku tidak mendapat dukungan dari rector maupun petingggi-petinggi di fakultas. Meski begitu, dia juga menyatakan sudah ijin kepada Rektor untuk membuat spanduk itu karena mengatas namakan Rektor.
“saya memang suka memancing sesuatu biar ada banyak persepsi-persepsi dari orang, kan itu lebih menarik ketika kita memunculkan itu, dan banyak persepsi yang terbangun di kalangan mahasiswa, padahal kan tidak ada sama sekali dukungan atau apa, intinya kan kalau kita menilai Pak Rektor itu bersifat netral,” ujarnya sembari tersenyum.
Visi yang mereka usung yakni terwujudnya organisasi modern yang berlandaskan nilai akademis, berfikir kritis dan bertindak demokratis untuk kemajuan. Sedangkan program kerja yang diutamkan adalah Blue Print Organisasi.
“sebenarnya ada 8 program kerja dan itu prioritas utama semua. Cuma yang paling utama adalah blue print oraganisasi, karena bagi saya itu adalah permasalahan internal kita di ormawa, jadi itu perlu kita perbaiki. Karena memang niat diawal kita adalah bagaimana kita bisa berbicara lantang di luar untuk perbaikan-perbaikan kalau internal kita sendiri tidak bagus. Jadi kita fokus ke internal dulu, memperbaiki diri dulu, baru kita bergerak untuk memperbaiki di Unlam, bagaimana sistem di Unlam, bagaimana transparasi di Unlam,” jelasnya.
Mengenai perubahan untuk Unlam kedepan, Syaifullah menekankan sistem yang paling utama untuk perubahan. Yang pertama diharapkan adalah kebijakan, setelah itu birokrasi dan transparasi.
Ferdi Tehsan
Selanjutnya calon ketua BEM nomor urut 4, Ferdi Tehsan yang berpasangan dengan Fahrul Raji sebagai calon wakil ketua, ketika ditemui di sekretariat DPM KM Unlam mengaku tidak terlalu banyak persiapan karena masa awal kampanye berbarengan acara Mukernas, publikasi mereka juga minim, jadi sekedar ke teman-teman mahasiswa yang ada di tiap fakultas.
“Kita sayangkan tidak banyak mahasiswa yang hadir saat debat di Banjarbaru, mahasiswa umum jarang ada yang mau datang,” ujarnya.
Mengenai jadwal Pemilu, Ferdi mengatakan bahwa ada keterlambatan, tidak sesuai dengan rekomendasi saat kongres beberapa bulan lalu, sehingga muncul pertanyaa apakah rekomendasi itu harus dijalankan atau sebatas rekomendasi saja tanpa ada kewajiban untuk menjalankan. Selain itu juga masalah keterlambatan dana sehingga ada jeda waktu yang terlalu panjang pasca kongres dan pemira menjadi hal yang perlu disoroti pada pemira kali ini.
“Untuk mahasiswa banyak yang apatis, dan banyak yang tidak tau dengan agenda-agenda di Unlam, untuk publikasi di Banjarmasin masih lebih bagus, tapi publikasi di Banjarbaru terlalu minim,” ungkapnya mengenai pelaksanaan pemira Unlam.
Unlam Bermartabat, yakni bersama membangun untuk unlam hebat. Itulah visi yang diusung pasangan nomor urut 4 ini. Program kerja yang di utamakan, yakni dalam 100 hari terpilih mengumpulkan seluruh ormawa (organisasi mahasiswa) di Unlam, untuk mengetahui proker-proker tiap organisasi.
“agar bisa mensupport dan agar tidak bentrok di kegiatan yang sama, dan kita coba dorong untuk membuat kegiatan berskla nasional,” ujarnya.
“fungsi utama BEM sebenarnya merangkul semua ormawa, dari tahun-tahun sebelumnya BEM KM kelihatan seakan-akan bersaing dengan BEM fakultas bahkan dengan HIMA pun bersaing, jadi kan lucu sekelas BEM Universitas malah bersaing, padahal seharusnya bukan bersaing melainkan mensupport,” lanjutnya lagi.
Selain itu Ferdi juga membahas mengenai Diesnatalis Unlam yang dinilai selama ini kurang meriah dan kegiatannya itu-itu saja, “ketika kita membicarakan Diesnatalies Unlam, kita berkaca pada diesnatalis fakultas, diesnatalis HIMA, Diesnatalies UKM, ku rasa lebih meriah daripada Diesnatalis Unlam,” katanya.
Ferdi menjelaskan bahwa meriah dalam arti seluruh mahasiswa merasakan euphoria ulang tahun Unlam, dan seluruh fakultas maupun UKM Universitas terlibat didalamnya.
“Seandainya kami tidak terpilih, siapapun ketua BEM yang terpilih diharapkan bisa merangkul seluruh kawan-kawan ormawa yang ada di Unlam, jangan saling bersaing lah antar ormawa, tapi kita rembukan bersama bagaimana caranya mengangkat nama Unlam jadi lebih baik, membawa nama Unlam ke tingkat nasional maupun Internasional,” harapnya.
Yang paling penting menurutnya koordinasi seluruh ormawa, “jangan tanyakan apa yang Unlam berikan kepada kamu, tapi tanyakan apa yang dapat kamu berikan kepada Unlam,” lanjutnya lagi.
Ferdi berpendapat perubahan yang perlu dilakukan untuk Unlam yakni dari segi kemahasiswaan, harus bisa membuka yang namanya transparasi dana, “karena selama ini kita tidak pernah tau tiap bantuan yang masuk darimana saja, berapa, untuk apa, kemana larinya dan berapa sisanya, itu yang tidak pernah kita tau,” jelasnya.
Kini masa kampanye telah berakhir, hawa persaingan pun menemui puncaknya. Saatnya memilih pemimpin mahasiswa yang kelak menjadi cerminan pemimpin bangsa. Sudah saatnya demokrasi di kalangan mahasiswa dihidupkan kembali dengan momentum pemilu raya mahasiswa. Gunakan hak suara dengan semestinya, dan tentu harapan terbaik untuk kampus tercinta. (ra)