Oleh: Siti Nurdianti, Eka Fauzia dan Rusmawati
Sabtu malam (27/12) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Kinday Unlam mengadakan acara diskusifilm “Senyap The Look Of Silence” dengan tema Refleksi Akhir Tahun. Acara ini berlangsung di area Kampus Unlam Banjarmasin atau lebih tepatnya disekitaran kantin SBC Unlam Banjarmasin.
Acara ini dimulai dari pukul 20.00 hingga22.00 WITA. Film ini merupakan film kontroversial yang sempat dilarang oleh pemerintah. Riska selaku Pimpinan Umum LPM Kinday Unlam menuturkan bahwa LPM Kinday mengajak BEM Unlam untuk berkerjasama dalam melakanakan acara ini untuk mempererat tali silturahmi antar mahasiwa baik didalam maupun diluar Unlam, disamping sebagai media edukasi bagi penonton.
“Karena Unlam sendiri belum pernah mengadakan film ini, dan seperti yang kita tahu sendiri bahwa film ini sangat kontroversi.Untuk itu kita perlu tahu kenapa film ini menjadi kontroversi dan agar kita dapat mengambil inti dari film ini, apa yang ingin disampaikan melalui film ini,” tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa dengan menonton film ini diharapkan tidak merusak ideologi dan kepercayaan yang telah dimiliki oleh mahasiswa. Dia sangat berharap film ini dapat memberikan manfaat mengenai sejarah, terutama tentang pelanggaran HAM dan kejadian genosida pada tahun 1965.
Pada acara ini diundang juga seluruh LPM dan Unit Kegiatan Mahasiswa di wilayah Banjarmasin. Tujuannya adalah untuk menjalin silaturahmi antar mahasiswa Unlam dan mahasiswa luar kampus Unlamdi wilayah Banjarmasin.
Seusai film Senyap diputar, Syaifullah selaku ketua BEM Unlam mengemukakan tujuan diadakannya film ini agar tidak selamanya sejarah sebagai cerita itu benar atau salah.
“Intinya kita harus melihat perbandingan sejarah. Kita juga harus melihat berbagai aspek, boleh jadi itu hanya propaganda orde baru. Kalau saya sampai saat ini tetap mendukung ideologi komunisme dan bagi pengikutnya itu adalah benar. Saat menonton film ini semoga tidak tergeser sedikitpun bahwa ideologi kita tetap ideologi pancasila, dansaya juga heran dengan adanya pernyataan bahwa dengan menonton film ini keyakinan terhadap ideologi kita langsung runtuh, itu ibarat imannya tidak kuat” tuturnya.
“Bagi saya ini penting untuk diketahui dan diperdebatkan, sejarah kita masih sangat dipengaruhi kebijakan-kebijakan Orde Baru. Banyak pembodohan dan barangkali ini hanya satu bagian dari kejadian yang direkayasa oleh pemerintah yang perlu kita kaji kebenarannya,” imbuhnya.
Menurut Syamsuri, selaku Departemen dalam Kampus Unlam sekaligus Ketua pelaksana, menyatakan bahwa acara ini untuk membuka wawasan saja.
“Karena film ini kontroversial, seolah-olah menonjolkan satu contoh Partai Komunis Indonesia tempo dulu seperti apa, dan saya tetap menganut ideologi pancasila. Kan yang hadir kaum-kaum intelektual juga, hendaknya bisa menyaring dan saya percaya mereka bisa mengambil pelajaran,“ tambahnya ketika dimintai pendapat soal kekhawatiran para peserta tentang esensi film ini.
Dia juga menambahkan bahwa mahasiswa bisa melihat dan menilai senderi esensi film tersebut. Film ini bukan bermaksud mempengaruhi, namun memberikan pelajaran, pemahaman dan membuka pikiran.
Acara ini dinilai panitia cukup berhasil, karena para peserta sangat antusias dan melebihi target perkiraan peserta minimal. Ada dari beberapa pesertayangasyik mendiskusikan film sembari menonton.
Puspa selaku alumni LPM Kinday yang turut hadir pada acara tersebut menyatakan bahwa sebenarnya pemutaran film senyap telah banyak mendapat pengenalan diberbagai daerah di Indonesia seperti Yogya, Malang dan terakhir di Jember. Pemutaran film ini diberbagai daerah tersebut banyak dibubarkan karena merusak ideologi bangsa, ideologi pancasila. Menurutnya, jika film ini ditayangkan dikalangan mahasiswa sebenarnya tidak masalah, karena mahasiswa bisa menanggapinya dengan masing-masing persepsinya sendiri.
Selain Puspa, adapula Iqbal yang turut hadir pada acara tersebut, dia mengemukakan bahwa film senyap ini adalahfilm yang kontroversial dijadikan sebagai pembelajaran yang baru di dunia modern. Sejarah pada film ini tidak bisa lurus dalam catatannya karena banyaknya pandangan orang.
“Sebaiknya lebih di pahami lagi tentang komunis dan di pelajari lagi, tetapi juga tidak melunturkan keimanan kita. Peristiwa di film ini amat sangat penting untuk kita ketahui karena tidak hanya peristiwa ini yang terjadi tetapi ada juga yang banyak peristiwa pembunuhan dari adanya perang saudara dan lainnya lagi,” tuturnya.
Iqbal juga menambahkan bahwa sebagai orang yang berada di akademik, kita harus melihat film ini secara objektif. Mahasiswa harus bisa mengambil pelajaran dari masa lalu, memperbaiki hal yang buruk dan meningkatkan hal yang baik. Iqbal juga menyatakan hikmah dari pemutaran film ini adalah agar para mahasiswa jangan cepat emosional.