Oleh: Nia Novita Putri.
“Tak ada pilihan lain, Menjadi Bangsa Indonesia atau Bangsa Asing” – Seorang bunga bangsa, Hasanuddin Bin Haji Madjedi gugur pada tanggal 10 Februari 1966 silam, ketika melakukan demonstrasi bersama para mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) dan Perguruan Tinggi lainnya
untuk memperjuangkan tiga tuntutan rakyat atau Tritura. Tritura yang diperjuangkan oleh pejuang ekponen ’66 ini terdiri dari turunkan harga sembako, bubarkan Kabinet 100 Menteri, dan bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
.
Sejak Kamis (12/2) Unlam mengadakan berbagai kegiatan untuk memperingati hari gugurnya Pahlawan Amanat Pembelaan Rakyat (Ampera) pertama tersebut yang ke-49 tahun. Dibuka dengan acara Haulanyang diadakan di Mesjid Baitul Hikmah yang merupakan mesjid Kampus Unlam. Lalu dilanjutkan dengan kegiatan Bakti Sosial (13/2). Dan Sabtu (14/2) yang merupakan puncak acara dari peringatan tersebut.
Bertempat di halaman Bank Mandiri Jalan Lambung Mangkurat, diadakan upacara pembukaan Napak Tilas dihadiri Rektor Unlam, para Ikatan Alumni (IKA), Walikota Banjarmasin, Danrem, Kasem, Ketua PWI, dan anggota keluarga Hasanuddin HM. Selain diikuti oleh jajaran Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan mahasiswa dari Unlam sendiri, juga terdapat mahasiswa dari Kampus lain yang turut meramaikan acara tersebut seperti IAIN Antasari, STMIK, Politeknik Hasnur, Akbid Bunga Kalimantan, Forum Komunikasi Mahasiswa Banjarmasin (FKMB) dan beberapa siswa dari Sekolah Menengah Atas.
“Kami mengundang siswa untuk turut terlibat dalam kegiatan ini supaya mereka lebih mengenal juga bisa menginspirasi teman-temannya siapa itu sosok Hasanuddin HM bagi mereka” tutur Rizki Eri Munadi selaku Ketua Pelaksana.
Ditambahkan Rizkibahwa rute yang dijalani oleh rombongan peserta Napak Tilas ini dimulai dari Bank Mandiri (dahulunya Kampus Unlam) menuju Jalan Jendral Sudirman, lalu ke Jalan Perintis Kemerdekaan menuju Jalan Piere Tandean. Setibanya di Jalan Piere Tandean, rombongan peserta Napak Tilas mendatangi Kantor A Jenrem 101 Antasari (dulunya Kantor Konsulat Republik Rakjat Tjina) disana diadakan upacara mengheningkan cipta. Selesai upacara, kegiatan dilanjutkan kembali ke Jalan Sudimampir dan kembali singgah utuk melakukan acara tabur bunga di depan Toko Roti Mingseng, Dimana Pahlawan Ampera itu tertembak yang sampai sekarang tidak diketahui siapa sosok si penembak tersebut.
“Semoga saja kedepannya tidak cuma kuning yang mewarnai jalanan, tapi warna-warna lainpun harus ikut meramaikannya juga. Agar bisa menjadi pelangi di peringatan gugurnya Pahlawan Ampera kita,” imbuh Ketua Pelaksana ini.
Kegiatan ini ditutup dengan menziarahi sekaligus menaburkan bunga di atas makam Hasanuddin HM yang satu kompleks dengan Pahlawan Nasional, Pangeran Antasari. Makam itu terletak di kompleks Pekuburan Muslimin, Jalan Masjid Jami, Banjarmasin.
Dengan koordinasi yang cukup matang acara ini dapat berjalan dengan lancar. Jumlah pesertanya yang berkisar kurang lebih seribu orang ini terlihat begitu terkendali dan rapi. Acara ini pun mendapatkan tanggapan yang positif dari para peserta Napak Tilas.
Ahmad Fauzi, mahasiswa Unlam dari FISIP mengaku senang mengikuti acara ini karena dengan hal ini ia dapat mengenal siapa sesungguhnya Hasanuddin HM, sehingga dapat meneladani sosok beliau.
Begitupun tanggapan dari Mona mahasiswa Politenik hasnur, ia merasa acaranya meriah dan berjalan bagus.
“Semoga saja untuk kedepannya acara Napak Tilas ini lebih berwarna lagi. Dalam artian, semoga kampus-kampus lain juga turut dapat memeriahkan peringatan gugurnya Pahlawan Ampera ini,” harapnya.
Ketua BEM Unlam, Syaifullah, mengatakan bahwa acara ini sudah sesuai dengan target. Dengan peringatan ini diharapkan agar mahasiswa dapat meneladani semangat juang beliau dan mewarisi dengan rasa terus berkarya.
“Acaranya masih belum berakhir, nanti hari Senin tanggal 23 Februari ada lagi acara, Tribute namanya, disana kita akan membedah lebih lanjut lagi siapa sebenarnya sosok Hasanuddin HM itu,” katanya.