Kinerja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lambung Mangkurat tahun 2016 di bawah kepemimpinan Ariyanto dianggap kurang memuaskan.Seperti yang diutarakan Robby, sekretaris umum Kelompok Pencinta Alam dan Seni (KOMPAS) “Borneo” Unlam. Robi menganggap BEM masih kurang peka terhadap realita sosial yang ada di kampus serta kurang menyalurkan aspirasi-aspirasi dari UKM. Kurangnya silaturahmi antara BEM dan UKM menjadi pemicu utama kekecewaan mereka terhadap kinerja BEM saat ini.
“Kegiatan mereka masih banyak di luar, sedangkan di kampus kita belum terbenahi. Prokernya juga terlalu banyak konsep, tetapi saat pelaksanaan tidak sesuai dengan konsep yang dibuat. Koordinasi antaranggota masih perlu diperbaiki.” ungkap Robby(29/11).
Kinerja BEM kepengurusan tahun ini sebelumnya telah dibahas dalam rapat evaluasi kedua kinerja BEM pada Minggu (30/10) di ruang Patin Fakultas Perikanan Banjarbaru.
Selain membahas tentang kinerja BEM enam bulan terakhir, rapat evaluasi juga membahas tentang program kerja BEM yang hanya terlaksana sebagian, yang menurut Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) selaku pengawas berjalannya kinerja BEM, program kerja tersebut seperti Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) dan penyambutan mahasiswa baru jalur SNMPTN di Gedung Sultan Suriansyah.
Rapat yang dihadiri oleh ketua, koordinator, beberapa kepala divisi, dan sebagian anggota BEM ini menitikberatkan pada program kerja yang belum terlaksana. Disinyalir hal itu merupakan dampak dari terlalu banyaknya program kerja.
“BEM menyesuaikan dan memfokuskan pada visi misi. Fokusnya terhadap ilmu ilmiah, pergerakan, dan pengabdian. Jadi tidak terlihat adanya kegiatan-kegiatan besar, luas, dan lainnya, karena sifat BEM di sini bukan sebagai EO.” tukas Dimas selaku Sekjen BEM Unlam (9/11).
Sulitnya melaksanakan program kerja tidak hanya bersumber dari masalah internal BEM, tetapi juga partisipasi mahasiswa yang sangat minim. Dimas mengatakan, kultur mahasiswa Unlam itu 70-80% tidak ada yang mau kerja, tidak ada yang mau turun tangan.
“Kemarin saya minta sama ketua, besok (10/11) hari pahlawan kita aksi ke Rektorat, dan ternyata tidak bisa. Saat diskusi saja tidak ada orangnya, apalagi tanpa diskusi. Mahasiswa akan sulit untuk mengerti, bukan tidak mau aksi. Wajar, karena sampai kapanpun yang namanya BEM itu tidak pernah benar.” terang Dimas disinggung mengenai kegiatan aksi.
Meski begitu, Esawdudhi selaku ketua umum KOMPAS Borneo merasa kinerja BEM sudah bagus, sesuai dengan apa yang diinginkan. Namun, karena rektorat sulit untuk membina mahasiswa, banyak kegiatan yang tidak sesuai harapan meski sudah dilaksanakan.
“Seperti PKKMB kemarin, acaranya kan diserahkan kepada rektorat dan fakultas, jadi BEM dan UKM hanya sekadar membantu. Tetapi BEM sudah melaksanakannya dengan sangat baik.” terang Esaw.
Pihak DPM sendiri selalu memberikan solusi dan masukan yang baik supaya program kerja BEM berjalan lancar dan mendapat dukungan dari seluruh civitas kampus.
“Karena yang sulit itu bukan tentang evaluasi, melainkan hasil setelah evaluasi. DPM memberikan solusi kepada BEM agar kinerja BEM semakin baik, bukan hanya mengevaluasi proker yang belum terlaksana. Sehingga mereka akan semakin termotivasi untuk menjadi lebih baik.” ungkap Wira, wakil ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (4/11).
DPM berharap, BEM bisa lebih eksis lagi sehingga ke depannya program kerja bukan suatu hal yang menghambat lancarnya kinerja BEM.
Malia, Rizki Tri Yuniar, Syalimah, Siti Hajar Aswat