“Kamu tahu? Aku bercita-cita ingin pergi mengelillingi dunia, mencoba berbagai makanan yang tak pernah ku makan, menikmati 4 musim yang gak akan aku temui di negara kita.”
“Wahh, aku juga mau!”
“Kalau gitu, kita pergi bareng-bareng keliling dunia yuk!”
“Okey, mau pergi ke negara mana dulu?”
Masyaa Allah, percakapan yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Rencana yang entah kapan bisa terlaksana dan dengan cara yang bagaimana. Yang tak pernah kita ketahui adalah, dari percakapan yang sederhana itu, terbesit banyak impian di dalamnya.
“Jika suatu hari aku membuat kesalahan yang mendatangkan murkanya Allah, kamu harus dan pasti menegurku. Jangan biarkan aku jatuh dalam ketersesatan yang dalam, karena kelak di akhirat aku akan menuntutmu.”
“Dan jika berteman denganku tidak mendatangkan manfaat untuk akhiratmu, menjauhlah, sejauh-jauhnya. Aku hanya manusia yang fakir ilmu, banyak ketidaktahuan dan kekeliruan yang akan keluar dari ucapanku.”
“Jika berteman denganku bahasan kita hanya seputar dunia tanpa keterlibatan dengan Allah, sungguh akan ku katakan kamu telah salah memilih teman. Karena itu, tegurlah saat aku keliru, sungguh aku bukan hanya ingin berteman denganmu di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Ke syurga-Nya Allah sama-sama yuk!”
“Ayok sama-sama, bukan hanya sukses di dunia, tapi juga di akhirat.”
Pertemanan yang di dalamnya hanya membahas unsur dunia tanpa keterlibatan dengan Allah hanya akan membuang-buang waktu.
Dan teman yang suka mengajak dalam kemaksiatan adalah teman yang buruk. Sebaik-baiknya teman adalah mereka yang selalu mengingatkanmu dengan Allah, yang membawamu semakin dekat dengan Allah, dan dia yang bercita-cita menjadikanmu sahabat dunia akhirat di taman syurganya Allah.
Penulis: Hanida Riani