
persmakinday.com – Hidup dan Mati untuk Petani, mungkin inilah gambaran yang cocok untuk tokoh yang tergolong masih muda ini. Namanya Windi, seorang lulusan dari Fakultas Pertanian Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.
Windi memilih untuk mengambil jurusan tersebut bukan tanpa alasan. Kedua orang tua windi memang bekerja di bidang pertanian.
Pertanian seolah sudah mendarah daging dan membuatnya menyukai bidang tersebut. Beliau saat berkuliah fokus di bidang off-farm yaitu bagaimana agar apa yang dihasilkan oleh para petani dapat memiliki nilai lebih di pasaran.
Awal Mula
Sejak menjadi mahasiswa, Windi juga aktif di berbagai organisasi salah satunya beliau pernah menjadi Ketua Asosiasi Pasar Tani. Kemudian di tahun 2011 beliau terpilih menjadi Ketua Bem Fakultas Pertanian.
Dengan bekal relasi dari organisasi setelah lulus, Windi pun langsung memberanikan diri untuk membuka wirausaha di bidang hortikultura dengan pinjaman dari Bank dan beberapa orang teman.
Beliau membantu para petani dengan memberikan bantuan modal berupa benih tomat, cabai dan padi.
Selain itu beliau saat ini juga fokus membantu para petani jagung dalam menyalurkan hasil panen mereka.
“maunya juga petani itu sebenarnya tidak perlu mengeluarkan uang tapi hanya perlu mengeluarkan tenaga, tenaga terbayar saat hasil panen,” begitu ujar Windi.
Mantan mahasiswa yang lulus dengan IPK 3,54 ini juga mengutarakan kalau saat ini kondisi petani beras banjar sedang tidak menguntungkan. Beberapa penyebabnya antara lain ialah dengan masa tanam yang lebih lama dari beras lain, sekitar 7-8 bulan. Keuntungan pada masa panen pun menjadi faktor penentu lainnya.
Oleh karena itu Windi menyiasati agar petani menjual 2 bulan setelah masa panen pada saat stok menipis agar mereka mendapatkan keuntungan lebih.
Menurutnya, usaha yang banyak dan hasil yang tidak seberapa inilah yang menjadi penyebab mengapa petani kita tidak sejahtera.
Beras menjadi faktor utama dari pemicu inflasi daerah. Ketika harga beras naik petani diuntungkan tetapi hal ini mendapatkan tuntutan dan protes dari konsumen, sehingga pemerintah harus import beras demi menstabilkan harga pasar.
Selain sektor beras beberapa permasalahan Petani adalah tengkulak atau yang biasa kita sebut pengepul. Tidak ada kejelasan soal harga beli, dan karena permainan para pengepul ini membuat petani harus menjual hasil panen mereka dan akhirnya merugi.
Windi berharap agar dibentuknya koperasi tani di seluruh daerah yang juga memiliki jaringan pasar. Dengan begitu, para tengkulak tidak bisa sembarangan memberikan harga dan keuntungan petani merata.
Sementara itu, peralihan lahan pertanian menjadi perumahan juga menyebabkan lapangan potensial di bidang agraria ini berkurang dan memaksa petani harus gulung tikar.
Oleh: Dedi Kurniawan
Penulis adalah mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat
Jurusan FMIPA
==========================================================
Isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab pengirim